Ruli juga menyampaikan, gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) akan terus dilaksanakan dengan melibatkan pihak Kecamatan, Pemdes, TNI dan Polri. Karena jika hanya mengandalkan Dinkes kemungkinan besar kesulitan dalam menjangkau wilayahnya, maka dari itu dengan melibatkan banyak pihak dan adanya gotongroyong gabungan dari berbagai instansi, akan lebih mudah mengajak seluruh lapisan masyarakat ikut serta menjaga lingkungan.
“Memang mengilangkan kasus DBD tidak akan bisa dilakukan karena Indonesia sendiri adalah negara tropis yang menjadi tempat berkembangnya nyamuk tersebut. Namun meski demikian kita bisa memimalisir jumlah pasien yang terjangkit dengan melakukan PSN secara bersama,”terangnya.
BACA JUGA:SK Pepanjangan Masa Jabatan 148 Kades dan BPD Jadi 8 Tahun Tunggu Kemendagri
BACA JUGA:Bertambah 6 SK PPPK Mukomuko Jadi Jaminan Pinjaman di Bank Bengkulu
Ruli juga menjelaskan, dari awal Januari hingga Juni 2024 untuk DBD di Mukomuko sudah mencapai 415 kasus.
Peningkatan jumlah kasus DBD ini pascaperalihan musim dari panas ke musim hujan. Sehingga memungkinkan nyamuk mendapati tempat berkembang biak.
Terlebih pola sadar akan kebersihan, kebanyakan Masyarakat desa masih cukup rendah.
“DBD mewabah tidak hanya di Mukomuko. Itu juga tak lepas minimnya kesadaran menjaga kebersihan lingkungan rumah,” sampai Ruli.
Dia juga menyampaikan pola sebaran demam berdarah degue cukup dinamis. Wilayah yang sebelumnya terdapat kasus dengan jumlah DBD terbanyak, cenderung terpacu melakukan pencegahan secara masif dengan membersihkan lingkungan dari tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk.
Seperti di Kecamatan Pondok Suguh, Lubuk Sanai dan yang lainnya pada tahun ini relatif terkendali. Padahal wilayah-wilayah itu pada tahun lalu kasus DBD cukup tinggi, tahun 2024 zero DBD.
“Memang dalam memberantas DBD dibutuhkan kesadaran kita semua. Jangan sampai setelah banyaknya kasus terjadi, kita baru berupaya membersihkan lingkungan seperti yang sudah-sudah,” demikian Ruli.