KORANRB.ID -DIGEMPUR '7 hari 7 malam', membuat Timnas Indonesia tak bisa mengembangkan permainan saat menjamu Australia di match kedua round 3 kualifikasi Piala Dunia 2026.
Di sini, sosok Maarten Paes jadi pembeda, hingga mampu menahan gempuran Australia dan membawa hasil imbang 0-0 bagi Timnas.
Statistik mencatat, sepanjang laga Australia menguasai bola sebesar 64 persen berbanding 36 persen milik Timnas Indonesia.
Selama pertandingan pula, total Australia mampu melesakkan 19 tembakan dengan 5 tembakan diantaranya tepat sasaran.
Sedangkan Timnas, hanya melepaskan 5 tembakan dengan 2 tembakan tepat sasaran.
BACA JUGA:Mampukah Timnas Indonesia Finis sebagai Dua Tim Teratas? Ini Target dari Shin Tae-yong
BACA JUGA:Beraksi di Suban Ayam Rejang Lebong, Pelaku Curanmor Babak Belur Dihajar Massa
Jumlah tendangan sudut yang dihasilkan dalam laga juga sangat jomplang, Autralia 15 berbanding 3 Indonesia.
Lantas, apa yang menyebabkan permainan Timnas Indonesia jadi tak berkembang saat melawan Australia?
Dalam sebuah ulasannya, pundit sepakbola Justinus Lhaksana mencatat setidaknya ada 6 faktor yang menjadi pemicunya.
Pertama, tekanan publik. Menurutnya, bermain di hadapan lebih dari 70 ribu penonton di GBK memberi tekanan tersendiri bagi pemain.
Belum lagi, sorotan media dan suporter yang terus memberi ekspektasi yang tinggi saat laga melawan Australia.
Pria yang kerap disapa Coach Justin itu, juga menyoroti kualitas rumput di GBK. Rumput di GBK dari atas bagus, namun terlihat kualitasnya saat disorot dari dekat.
Tampak jelas, akar belum menyatu, gampang lepas karena akar rumput belum sepenuhnya tertanam.
Kualitas rumput lanjutnya, ikut mempengaruhi permainan Timnas yang sangat bergantung dengan bagus tidaknya lapangan.