"Jangan disewakan lagi, jangan konser-konser lagi biar rumputnya tertanam kokoh agar saat laga home nanti bisa dipakai maksimal. Kasih waktu rumput menguatkan akarnya,’’ tandas Justin.
BACA JUGA:Jika Lakukan Ini, Timnas Indonesia Berpeluang Lolos ke Putaran Final Piala Dunia 2026
BACA JUGA:Rekor Pertemuan Timnas Indonesia Vs Bahrain, Sempat Dibantai 10 Gol Tanpa Balas
Faktor ketiga adalah kualitas pemain. Harus diakui, dengan pemain yang ada saat ini, kualitas Timnas masih di bawah Australia.
Wajar saja, Australia berada di peringkat 24 dunia, sedangkan Timnas masih di 133 dunia.
"Pemain kita bukan pemainnya EPL, tapi positifnya pemain kita tetap ada fighting spiritnya," ulas Justin.
Berikutnya, Gelandang Keropos. Saat bersua Australia, tampak jelas lini tengah yang selama ini jadi motor permainan jadi tak berfungsi. Penampilan Nathan Njoe A On dan Ivar Jenner di bawah form terbaiknya.
Jeleknya lini tengah Timnas, berimbas pada tumpulnya lini depan. Ragnar Oratmangoen dipaksa bekerja sendirian, yang berimbas serangan yang dilancarkan mudah dipatahkan.
Permasalah klasik lainya kembali tampak, yakni akurasi passing yang rendah. Dalam laga akurasi passing Timnas hanya 61 persen.
Catatan tersebut sangat rendah. Liga-liga besar, sudah diangka 85 persen sebagai standar.
BACA JUGA:Meningkat Pesat, Ini Raihan Rangking Timnas Indonesia 9 Tahun Terakhir
BACA JUGA:Jika Menang Lawan Australia, Rangking FIFA Timnas Indonesia Akan Lompati 5 Negara
"Kalau ditanya kenapa bisa terjadi, kembali lagi ke tekanan presure, kualitas pemain," kata Justin.
Usai laga, pelatih Shin Tae Yong tetap puas dengan permainan anak asuhnya.
Dia mengakui Australia lebih baik secara fisik, karena itu siap bertahan terlebih dahulu dan mencoba mencari serangan balik.
Secara pribadi, saya sangat puas karena kami telah melakukan apa yang ingin kami lakukan.