Ketergantungan pada alam membuat pasokan minyak nilam ini tidak selalu stabil. Jika produksi terganggu karena cuaca buruk atau faktor lingkungan lainnya, harga minyak nilam cenderung naik karena pasokan yang terbatas.
Selain itu, masalah dalam rantai pasokan, seperti kesulitan logistik atau kelangkaan tenaga kerja di daerah pedesaan, juga dapat memengaruhi produksi dan distribusi minyak nilam, yang pada akhirnya mendorong kenaikan harga.
Untuk minyak nilam berkualitas rendah akan memiliki aroma yang kurang intens dan kurang tahan lama, sehingga harganya lebih murah.
Perusahaan-perusahaan yang berfokus pada produk berkualitas tinggi dan alami akan bersedia membayar lebih untuk minyak nilam dengan kualitas superior, yang pada akhirnya mempengaruhi harga rata-rata di pasaran.
Permintaan terhadap minyak nilam cenderung stabil di pasar internasional.
Negara-negara seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang merupakan konsumen utama minyak ini, dengan permintaan yang terus meningkat setiap tahun.
Selain digunakan dalam industri kosmetik dan parfum, minyak nilam juga mulai diminati oleh industri kesehatan alami yang berkembang pesat di dunia Barat.
Tren ini membuat minyak nilam menjadi komoditas yang penting dalam perdagangan internasional. Produsen di Indonesia, misalnya, memiliki peluang besar untuk mengekspor minyak nilam ke berbagai negara, terutama jika mereka dapat menghasilkan minyak berkualitas tinggi yang memenuhi standar internasional.
Minyak nilam menjadi salah satu minyak atsiri yang paling mahal di dunia karena berbagai alasan, mulai dari proses produksi yang rumit, kualitas minyak yang bergantung pada kadar patchoulol, hingga permintaan yang tinggi dari berbagai industri.
Ketersediaan bahan baku yang dipengaruhi oleh faktor alam, variasi kualitas produk, serta permintaan global yang stabil juga turut berperan dalam menentukan harga minyak nilam di pasaran.