KORANRB.ID – Masih lebarnya peluang usaha kuliner di Mukomuko membuat Nilam Sari (39) warga Desa Ujung Padang, Kecamatan Kota Mukomuko mengambil bagian dalam peluang tersebut. Berbekal kemampuan membuat kue tart yang telah diturunkan resepnya secara turun temurun, Nilam mulai membangun usaha tersebut untuk memberikan pendapataan ekonomi bagi keluarga.
“Usaha kue tart khas Kabupaten Mukomuko ini saya rintis sendiri sejak tahun 2010, dengan berbagai tantangan yang dihadapi berbeda setiap waktunya,” kata Nilam.
Dijelaskan Nilam, untuk bahan-bahan pembuatan kue tart khas Mukomuko ini sedikit berbeda dengan kue tart dari Kota Bengkulu. Dimana kue tart yang dibuat tidak menggunakan santan melainkan hanya menggunakan mentega, telur ayam, gula pasir ditambah dengan isian selai nanas.
Kemudian juga konsumen juga bisa memesan isian kue tart sesuai dengan selera masing-masing. Mulai dari selai strawberry atau selai pisang dan lainnya, tergantung permintaan.
BACA JUGA:Statistik Sektoral Bengkulu Juara: Terbaik se-Sumatera
BACA JUGA:Pemprov Bengkulu Latih Perangkat Desa Kelola Dana Desa
“Kue tart dicetak hingga dipanggang di oven selama 15 menit,” jelas Nilam.
Nilam mengaku bisa memproduksi kue tart sebanyak 750 - 1.000 kue. Dengan satu kuenya dijual dengan harga Rp 1.000.
Modal 1 kue tart Rp 600, sehingga 1 kue tart memiliki keuntungan bersih Rp 400. Dengan produksi 1.000 kue jika habis dalam satu hari menghasilkan Rp 400 ribu.
“Dari hasil keuntungan bersih penjualan saya bisa mendapatkan Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu per hari tergantung habisnya kue. Dengan asumsi per bulan saya bisa mendapakan Rp 7 juta - 8 juta keuntungan bersih. Terlebih jika di hari besar keuntungan saya akan semakin bertambah sesuai dengan jumlah produksi,” terangnya.
BACA JUGA:Bos Batubara Zulman SJP Dukung DISUKA untuk Walikota dan Wakil Walikota Bengkulu 2024-2029
BACA JUGA:Sambungan Listrik Gratis Lanjut Tahun Depan
Nilam juga menyampaikan, untuk kendala yang dihadapi dalam usaha kuliner ini, naiknya harga bahan baku yang terkadang setelah naik tidak turun kembali. Sedang konsumen tidak akan terima jika ukuran atau harga kue dinaikkan.
Selain itu jangkauan pasar juga menjadi kendala saat ini, sebab keterbatasan pemahaman berjualan di market digital tidak jarang membuat produk lokal kalah saing dengan produk yang bisa diantarkan langsung ke pembeli secara instan.
“Kalau kendala pasti banyak, namanya juga usaha namun bagaimana lagi. Yang pastinya kita tidak boleh mundur dan harus tetap maju untuk mendapatkan keuntungan,” ucapnya.