BACA JUGA:Mengintip Perjalanan Merek Jam Tangan G-Shock dan Perkembangannya Hingga Saat Ini
Namun, dalam banyak kasus, ini adalah tanda dari trauma yang belum diselesaikan, di mana otak mencoba melindungi diri dari perasaan-perasaan yang menyakitkan.
4. Terlalu Sensitif terhadap Kritik
Seseorang yang mengalami trauma, terutama dalam bentuk pelecehan verbal atau emosional, mungkin akan sangat sensitif terhadap kritik. Mereka mungkin bereaksi berlebihan terhadap komentar-komentar yang tampak tidak berbahaya atau selalu merasa bahwa orang lain sedang menghakimi mereka.
Banyak orang yang merasakan hal ini beranggapan bahwa mereka hanya perfeksionis atau terlalu peduli terhadap pendapat orang lain. Namun, pada kenyataannya, ini adalah respons trauma yang membuat mereka merasa tidak pernah cukup baik.
5. Masalah Kesehatan Fisik yang Tidak Bisa Dijelaskan
Trauma tidak hanya mempengaruhi pikiran, tetapi juga tubuh. Banyak orang yang mengalami trauma menunjukkan gejala fisik seperti sakit kepala, masalah pencernaan, nyeri otot, atau kelelahan kronis tanpa penyebab medis yang jelas.
Mereka mungkin mengira ini hanya kondisi fisik yang biasa, padahal banyak penelitian menunjukkan bahwa trauma bisa menyebabkan tubuh merespon dengan gejala fisik sebagai bentuk "penguncian" stres dan ketegangan emosional.
BACA JUGA:7 Filosofi Tentang Uang yang Harus Diketahui
BACA JUGA:10 Rekomendasi Alat Masak Bagi Pasangan Baru Menikah
6. Kesulitan Menyusun atau Mengingat Kenangan
Salah satu gejala trauma yang paling sering diabaikan adalah kesulitan dalam mengingat peristiwa tertentu atau merasa bingung tentang urutan kejadian dalam hidup. Ini sering terjadi karena otak mencoba memblokir atau menekan kenangan yang terlalu menyakitkan.
Orang dengan gejala ini mungkin mengira bahwa mereka memiliki ingatan yang buruk atau mudah lupa, tetapi pada kenyataannya, ini bisa menjadi tanda trauma yang belum terselesaikan.
7. Perilaku Agresif atau Defensif
Trauma, terutama trauma yang berkaitan dengan kekerasan atau pengkhianatan, bisa menyebabkan seseorang bersikap defensif atau agresif terhadap orang lain. Mereka mungkin mudah tersinggung, cepat marah, atau bereaksi secara berlebihan dalam situasi yang sebenarnya tidak membutuhkan respons emosional sebesar itu.
Bagi individu tersebut, perilaku ini bisa dianggap sebagai sifat keras atau kuat. Namun, reaksi ini sebenarnya merupakan bentuk perlindungan diri yang berkembang dari trauma masa lalu, di mana mereka terus merasa perlu mempertahankan diri dari ancaman, meskipun ancaman itu sebenarnya tidak ada.