KORANRB.ID - Skeleton adalah salah satu cabang olahraga ekstrem yang termasuk dalam olahraga musim dingin. Atlet skeleton meluncur menuruni jalur es dengan kecepatan tinggi menggunakan sebuah kereta luncur kecil.
Olahraga ini terkenal karena kombinasi antara kecepatan yang sangat tinggi, teknik yang rumit, dan risiko besar yang harus dihadapi oleh para atletnya.
Meski kurang populer dibandingkan dengan olahraga musim dingin lainnya seperti ski atau snowboarding, skeleton memiliki sejarah panjang dan terus menarik perhatian dunia, terutama di ajang-ajang internasional seperti Olimpiade Musim Dingin.
Skeleton pertama kali dikenal pada akhir abad ke-19 di Pegunungan Alpen, tepatnya di St. Moritz, Swiss. Olahraga ini dianggap sebagai variasi dari bobsled, di mana pemain meluncur dengan kepala lebih dekat ke tanah.
BACA JUGA:Superclasico! Adu Goyang Tanggo dan Samba di Final Piala Dunia Futsal 6 Oktober 2024
BACA JUGA:China Panik, Pertanyakan Naturalisasi 2 Pemain Terakhir Timnas Indonesia
Berbeda dengan bobsled yang menggunakan kereta besar dan tim beranggotakan lebih dari satu orang, skeleton hanya menggunakan satu atlet per kereta.
Nama "skeleton" diyakini berasal dari bentuk awal kereta luncurnya yang berbentuk rangka atau kerangka, meskipun ada berbagai teori lain mengenai asal-usul nama tersebut.
Skeleton pertama kali dipertandingkan dalam Olimpiade pada tahun 1928 di St. Moritz, di mana olahraga ini menarik banyak perhatian karena kecepatan tinggi dan bahaya yang terlibat.
Setelah itu, skeleton hanya dimasukkan kembali dalam program Olimpiade pada tahun 1948 dan 2002, dan sejak saat itu terus dipertandingkan dalam Olimpiade Musim Dingin.
Atlet Skeleton hanya memerlukan beberapa perlengkapan dasar, tetapi setiap komponen berperan penting dalam performa dan keselamatan.
BACA JUGA:Berikut Kampung Halaman Pemain Naturalisasi Indonesia
BACA JUGA:Resmi! PSSI Bawa 27 Pemain Hadapi Bahrain dan China, Jordi Amat dan Malik Risaldi Masuk
1. Kereta Luncur: Kereta luncur skeleton sangat ringan dan kecil. Terbuat dari baja atau logam lain yang kuat, kereta ini dirancang agar atlet bisa mencapai kecepatan tinggi di lintasan es yang curam.
Berat kereta luncur biasanya antara 30 hingga 43 kg untuk pria dan 25 hingga 35 kg untuk wanita. Bentuk kereta yang pipih memudahkan atlet untuk tetap dekat dengan tanah, yang memberikan kestabilan selama meluncur.