KORANRB.ID - Penyakit asma merupakan salah satu gangguan kesehatan kronis yang umum di masyarakat.
Asma ditandai dengan penyempitan saluran pernapasan dan peradangan, yang menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan bernapas, sesak dada, dan batuk-batuk.
Penyebab asma bisa bermacam-macam, mulai dari faktor genetik hingga paparan alergen, polusi udara, atau kondisi lingkungan yang tidak sehat.
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, semakin banyak metode pengobatan yang tersedia untuk menangani asma, seperti penggunaan inhaler, obat-obatan oral, dan terapi pernapasan.
Namun, tak sedikit pula yang mencari alternatif pengobatan tradisional, termasuk salah satu yang cukup kontroversial, yakni konsumsi daging kalong atau kelelawar.
BACA JUGA:7 Kasus Laka Lantas, Polisi Tambal Jalan Dalam Oeprasi Zebra
BACA JUGA:Kejari Bengkulu Tengah Tahan 3 Tersangka Korupsi Pembangunan Taba Terunjam
Konon, daging kelelawar dipercaya oleh sebagian kalangan dapat menyembuhkan atau meredakan gejala asma.
Apakah klaim ini didukung oleh bukti atau sekadar mitos belaka, mari kita bahas lebih lanjut.
Diketahui, beberapa budaya, konsumsi kelelawar bukanlah hal yang asing.
Di beberapa daerah di Indonesia, seperti Sulawesi, Maluku, dan Papua, daging kelelawar sering diolah menjadi masakan tradisional.
Bagi masyarakat setempat, kelelawar dianggap sebagai sumber protein yang baik dan diyakini memiliki khasiat pengobatan. Salah satu manfaat yang paling sering disebut adalah kemampuannya dalam mengatasi penyakit pernapasan, termasuk asma.
Kelelawar yang biasa dikonsumsi umumnya dari jenis kalong, kelelawar berukuran besar yang juga dikenal sebagai kelelawar buah. Masyarakat percaya bahwa daging kalong mengandung nutrisi tertentu yang dapat membantu membersihkan saluran pernapasan dan memperkuat paru-paru, sehingga gejala asma bisa mereda.
BACA JUGA:Jangan Sampai Punah! Ini Makanan Khas Bengkulu yang Harus Dijaga
BACA JUGA:5 Jenis Hukum yang harus Dipelajari oleh Mahasiswa Hukum