Dalam beberapa komunitas, bahkan ada ritual tertentu yang dilakukan untuk menghindari sial, seperti meminta perlindungan dari roh atau melakukan doa.
Secara psikologis, kepercayaan akan mitos ini bisa dijelaskan melalui fenomena sugesti.
Ketika seseorang percaya bahwa cicak yang jatuh akan membawa sial, mereka mungkin akan lebih cenderung untuk memperhatikan kejadian-kejadian negatif yang terjadi setelahnya.
Ini dikenal sebagai bias konfirmasi, di mana orang lebih fokus pada informasi yang mendukung kepercayaan mereka dan mengabaikan informasi yang bertentangan. Hal ini dapat memperkuat rasa cemas dan ketidakpastian.
BACA JUGA:Ternyata Ini Penyebab Bintik di Wajah, Serta Cara Mengatasinya
BACA JUGA:Bisa Hidup Hingga 100 Tahun, Inilah Fakta Burung Kakatua
Di era modern, meskipun ilmu pengetahuan telah memberikan banyak penjelasan rasional untuk fenomena yang ada, mitos ini tetap bertahan dalam masyarakat.
Beberapa orang masih mempercayainya sebagai bentuk pelestarian budaya atau sebagai cara untuk menghadapi ketidakpastian hidup.
Mitos seperti ini juga dapat dianggap sebagai cara masyarakat untuk berhubungan dengan hal-hal yang tidak dapat mereka kontrol, memberikan penjelasan bagi situasi sulit yang dihadapi.
Mitos kejatuhan cicak yang membawa nasib sial adalah contoh menarik dari bagaimana kepercayaan dan budaya dapat membentuk cara pandang individu terhadap dunia.
Meskipun banyak yang menganggapnya sebagai takhayul, mitos ini mencerminkan kerinduan manusia akan penjelasan dan perlindungan terhadap ketidakpastian dalam hidup.
BACA JUGA:Cabup Seluma Teddy Rahman Resmi Jadi Kader PDI Perjuangan
BACA JUGA:Mitos Cermin Pecah Menandakan akan Ada Musibah? Ini Penjelasannya
Dengan memahami asal usul dan dampak mitos ini, kita bisa lebih menghargai keragaman budaya dan cara masyarakat beradaptasi dengan dunia di sekitar mereka.
Meskipun saat ini kita mungkin lebih mengandalkan logika dan ilmu pengetahuan, kepercayaan semacam ini tetap memiliki tempat dalam psikologi dan interaksi sosial kita.