KORANRB.ID - Puluhan rumah yang berada di sepanjang aliran Sungai Air Mundu di Desa Tabarenah, Kecamatan Curup Utara, Kabupaten Rejang Lebong terancam longsor. Potensi longsor semakin tinggi terutama saat intensitas curah hujan meningkat.
Sebelumnya, bencana longsor di Desa Tabarenah pernah terjadi. Tahun 2017, longsor besar sempat melanda desa tersebut menyebabkan kerusakan pada beberapa rumah warga.
Tiga tahun kemudian, longsor susulan terjadi pada tahun 2020 yang mengakibatkan tujuh rumah warga terdampak. Tiga rumah di antaranya ambruk dan jatuh ke dalam jurang setinggi 10 meter.
Dampak longsor yang sangat merugikan ini mengharuskan beberapa warga yang rumahnya rusak parah untuk direlokasi demi keselamatan.
Bagi sebagian warga, memutuskan untuk tetap tinggal di area tersebut adalah pilihan yang sulit. Di satu sisi, rumah mereka telah berdiri di sana selama bertahun-tahun, namun di sisi lain, ancaman longsor yang semakin nyata membuat mereka terus-menerus merasa khawatir.
BACA JUGA:Debat Perdana Pilkada Lebong, Paslon Sepakat Tingkatkan Pembangunan Infrastruktur
BACA JUGA:Plt Gubernur Bengkulu Lepas Peserta Olimpiade Bahasa Arab
Terlebih lagi, banyak dari warga di Desa Tabarenah yang tidak memiliki alternatif tempat tinggal lain, sehingga tetap tinggal di rumah mereka menjadi pilihan satu-satunya.
Kepala Desa Tabarenah, Yushendri mengungkapkan pihaknya telah berupaya untuk mencari solusi agar keselamatan warga yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Air Mundu dapat terjaga. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pihak desa adalah mengusulkan pembangunan bronjong dan pelapis tebing.
Menurut Yushendri, keberadaan bronjong dan penahan tebing dapat membantu mengurangi risiko terjadinya longsor di area tersebut. Bronjong, yang merupakan anyaman kawat berisi batu, berfungsi sebagai penahan tebing alami yang mampu menstabilkan tanah di area tepi sungai, sehingga bisa meminimalisir pergerakan tanah dan potensi longsor.
"Selama ini kami sudah mengajukan permohonan kepada pemerintah agar dibangun bronjong dan penahan tebing, supaya longsor tidak terus meluas dan warga merasa aman. Kami sangat berharap usulan ini dapat segera direalisasikan," jelas Yushendri.
Menurutnya, keberadaan bronjong dan penahan tebing bukan hanya akan melindungi rumah warga, tetapi juga akan menjaga keamanan seluruh desa dari potensi bencana alam yang lebih besar. Usulan ini telah diajukan oleh pemerintah desa beberapa kali, namun hingga saat ini pembangunan bronjong dan penahan tebing di Sungai Air Mundu belum kunjung terlaksana.
BACA JUGA:Dani Hamdani Sambut Rombongan Wisatawan Mancanegara Saat Mengunjungi Benteng Marlborough
BACA JUGA:Dukcapil Kota Bengkulu Lampaui Target Perekaman KTP, Total 279.496 Orang
“Kondisi ini membuat warga semakin cemas, terutama di musim penghujan, ketika ancaman longsor menjadi lebih besar,” ungkapnya.