BACA JUGA:Sidang Praperadilan Murman Effendi Masuk Kesimpulan, Berikut Isi Permohonan Pemohon
Orang Utan Sumatera berukuran sedikit lebih kecil dibandingkan orangutan Kalimantan, umumnya mereka memiliki rambut lebih terang dan Janggut lebih panjang dibandingkan orang utan Kalimantan dan Tapanuli.
Orang Utan Sumatera juga memiliki kepala yang sedikit lebih besar dan wajah yang lebih bulan dibandingkan orangutan Tapanuli yang juga ditemukan di pulau Sumatera.
4.Budaya
Dulu, para ahli menyebut bahwa hanya manusia yang memiliki budaya yang didefinisikan sebagai cara dan sarana melakukan sesuatu yang mengikuti pola tertentu.
Namun, sekarang argumen ini telah ditolak, karena pada akhir tahun 1190 an diketahui bahwa Orang Utan juga memiliki budaya yang unik, kompleks, dan beragam di seluruh wilayah sebaran nya.
Di hutan rawa di Sumatera, orangutan secara rutin membuat peralatan dari ranting dan menggunakannya untuk mengambil madu dari sarang, atau untuk mengambil biji dari buah buahan yang sulit.
Dijelaskan Sumateran Orang Utan Conservation Programme, pola perilaku Orang Utan seperti ini seringkali bersifat spesifik di wilayah tertentu, dan pola perilaku tersebut diturunkan dari orang dewasa ke generasi Berikutnya melalui apa yang disebut pembelajaran sosial, yaitu proses di mana bayi mempelajari perilaku baru dari ibu atau teman sebayanya. I
ni menjadi alasan kenapa budaya orangutan berbeda-beda antara satu landscape hutan dengan landscape hutan lainnya.
5.Penyebaran.
Kita bisa menemukan orangutan Sumatera di ekosistem Leuser. Habitat ini melintasi perbatasan antara provinsi paling utara di Aceh dan Sumatera Utara, dengan luas sekitar 2,6 juta ha.
Dikutip dari Sumateran orangutan conservation programme, Ecosystem ini Leuser adalah kawasan konservasi ekosistem hutan hujan terbesar di Asia Tenggara dan rumah bagi lebih dari 85 persen orangutan Sumatera yang tersisa. Di sana, populasi orang utan Sumatera berjumlah lebih dari 1000 individu.
6.Ancaman.
Habitat asli orangutan di Sumatera Utara telah berkurang secara signifikan, utamanya akibat kebakaran dan konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit dan pembangunan pertanian lainnya.
Orang Utan Sumatera sangat bergantung pada hutan berkualitas tinggi. Kebakaran hutan yang meluas, yang sebagian besar dilakukan dengan sengaja untuk membuka lahan untuk perkebunan, kini menjadi bencana yang sering terjadi.
Kebakaran tidak hanya menghancurkan habitat orangutan, tetapi juga membunuh orang utan sendiri.