Mengatasi fenomena silent quitting membutuhkan pendekatan proaktif dari perusahaan dan manajemen.
Menciptakan budaya apresiasi, menghargai karyawan adalah kunci untuk menjaga motivasi mereka. Pengakuan atas pencapaian, baik dalam bentuk pujian langsung, bonus, atau promosi, dapat memberikan dorongan positif dan menumbuhkan rasa dihargai.
Menawarkan peluang berkembang, perusahaan perlu memberikan kesempatan bagi karyawan untuk berkembang secara profesional, baik melalui pelatihan, promosi, atau program pengembangan diri. Ini membantu mereka merasa ada prospek karier yang jelas, dan mendorong mereka untuk tetap terlibat.
Memberikan tujuan yang jelas, salah satu cara efektif untuk meningkatkan keterlibatan karyawan adalah dengan mengomunikasikan tujuan dan visi perusahaan dengan jelas. Ketika karyawan merasa bahwa peran mereka berkontribusi terhadap pencapaian visi tersebut, mereka lebih mungkin terlibat penuh dalam pekerjaan.
Memberikan fleksibilitas waktu atau opsi kerja jarak jauh dapat membantu karyawan menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Dengan demikian, mereka tidak merasa terlalu terbebani oleh pekerjaan dan tetap bisa memberikan performa terbaik.
Mengadakan sesi feedback, perusahaan bisa mengadakan sesi feedback atau penilaian berkala untuk memahami perasaan dan kebutuhan karyawan. Pendekatan ini memungkinkan perusahaan untuk mendeteksi potensi silent quitter dan mengambil langkah pencegahan lebih awal.
Kesimpulannya, silent quitting adalah fenomena yang merefleksikan ketidakpuasan karyawan terhadap lingkungan kerja atau cara manajemen. Kondisi ini dapat membawa dampak signifikan pada produktivitas, kultur kerja, dan motivasi tim.
Namun, dengan pendekatan yang tepat, perusahaan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung, menghargai, dan memberikan peluang bagi karyawan untuk berkembang. Budaya kerja yang positif dan apresiatif akan mendorong karyawan untuk terlibat lebih dalam, sehingga silent quitting bisa dihindari. (zzz)