KORANRB.ID - Garam adalah bahan dapur yang hampir selalu ada di setiap rumah.
Di masa lalu, garam memiliki nilai yang sangat tinggi, bahkan dianggap lebih berharga daripada emas di beberapa tempat.
Sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia, garam bukan hanya sekadar penambah rasa pada makanan, tetapi juga memiliki peran penting dalam sejarah peradaban. Bahkan, istilah “salary” atau gaji dalam bahasa Inggris berasal dari kata garam.
Garam di Masa Lalu
BACA JUGA:Benarkah Bulu Kucing Bisa Sebabkan Penyakit Asma, Ini Penjelasannya
BACA JUGA:Tidur Cukup, Namun Masih Ngantuk di Pagi Hari, Ternyata Ini Penyebabnya
Dahulu kala, garam tidaklah semurah dan semudah didapat seperti sekarang. Garam dianggap sebagai barang mewah karena memiliki banyak fungsi penting. Salah satu manfaat utamanya adalah sebagai pengawet makanan.
Di zaman sebelum teknologi pendinginan ditemukan, garam digunakan untuk menjaga daging dan ikan agar tidak cepat busuk. Dengan kemampuan ini, garam menjadi kebutuhan utama bagi banyak masyarakat yang harus menyimpan makanan untuk bertahan hidup di musim paceklik atau saat melakukan perjalanan jauh.
Selain itu, garam juga digunakan dalam berbagai kegiatan lain seperti upacara keagamaan, pengobatan tradisional, hingga simbol status kekayaan.
Garam sebagai Mata Uang
BACA JUGA:Baru 4 Bulan Bebas, Mantan Napi Ditangkap Lagi jadi Bandar Sabu di Bengkulu Utara
BACA JUGA:Benarkah Orang Kaya Tidurnya Lebih Nyenyak? Berikut Faktanya
Karena manfaatnya yang besar, garam pernah digunakan sebagai alat tukar di berbagai peradaban. Di Afrika Barat, garam dianggap lebih bernilai daripada emas.
Di wilayah ini, garam dari tambang-tambang seperti Taghaza diperdagangkan dengan emas dari Kerajaan Ghana, Mali, dan Songhai. Hal ini menunjukkan betapa berharganya garam pada waktu itu.
Tidak hanya di Afrika, bangsa Romawi juga menganggap garam sangat penting. Dalam sejarah Romawi, prajurit mereka sering kali dibayar menggunakan garam atau diberi uang khusus untuk membeli garam.