Namun, mitos ini sebenarnya tidak memiliki dasar ilmiah. Kebiasaan bayi mengeluarkan air liur atau ileran lebih berkaitan dengan perkembangan normal pada bayi.
Pada usia 3-6 bulan, bayi mulai mengembangkan kelenjar liur mereka, dan mereka belum sepenuhnya mampu menelan air liur dengan baik.
Hal ini normal dan tidak ada hubungannya dengan keinginan ngidam yang tidak terpenuhi selama kehamilan.
BACA JUGA:Ibu Hamil Wajib Tahu, Ini Dampak Negatif Jika Sering Mengalami Kurang Tidur
BACA JUGA:Telur Baik Dikonsumsi Setengah Matang, Ibu Hamil dan Orangtua Tidak Disarankan
Dari sudut pandang psikologis, ngidam juga bisa mencerminkan kebutuhan emosional ibu hamil.
Keinginan yang kuat terhadap sesuatu bisa jadi bentuk komunikasi bawah sadar untuk mendapatkan perhatian atau kenyamanan.
Ketika ngidam tidak terpenuhi, ibu hamil mungkin merasa kecewa atau kurang diperhatikan, yang bisa berdampak pada suasana hatinya.
Namun, perasaan ini lebih berpengaruh pada kondisi emosional sang ibu daripada kesehatan bayi yang dikandung.
Oleh karena itu, meskipun ngidam tidak selalu harus dituruti, penting bagi keluarga untuk tetap mendukung dan memberikan perhatian kepada ibu hamil.
Dengan begitu, suasana hati ibu tetap baik, yang pada akhirnya juga berdampak positif pada perkembangan janin.
Tidak semua ngidam harus dituruti, terutama jika keinginan tersebut tidak sehat, seperti mengonsumsi makanan yang terlalu manis, asin, atau makanan mentah yang berisiko.
BACA JUGA:10 Makanan Ini Jangan Dikonsumsi Mentah, Perhatian Bagi Ibu Hamil
BACA JUGA:Ibu Hamil Hati - hati! Ini 5 Makanan Pemicu Keguguran
Keluarga perlu membantu ibu hamil mencari alternatif yang lebih sehat jika ngidamnya tidak memungkinkan untuk dipenuhi.
Jika ngidam tidak bisa terpenuhi, komunikasikan dengan baik kepada ibu hamil dan cari cara lain untuk membuatnya merasa nyaman.