JALUR GAZA TENGAH, KORANRB.ID – Israel kembali memerintah warga Palestina untuk mengungsi dari bagian tengah Gaza. Hal itu termuat dalam pengumuman terbaru yang dikeluarkan Israel, Jumat (23/12). Instruksi terbaru yang dikeluarkan Israel itu sekaligus mendorong lebih banyak penduduk dari wilayah kantong ke wilayah yang lebih kecil. Pada saat yang sama, Israel terus membombardir Jalur Gaza.
Militer Israel memerintah penduduk Gaza untuk mengungsi demi ’’keamanan’’ mereka ke tempat perlindungan di Deir el-Balah di Gaza Selatan, dari daerah Bureij dan Nuseirat di Gaza Tengah.
Pernyataan tersebut membuat marah penduduk. Mayoritas merupakan pengungsi yang telah menjadi korban dan terkatung-katung beberapa kali sejak 7 Oktober lalu.
BACA JUGA:Libur Panjang, Pastikan Anak Tetap Belajar di Rumah
Akibat instruksi tersebut, banyak pengungsi yang memadati Jalan Salah al-Din yang menghubungkan dengan pintu masuk kamp pengungsi Bureij. Salah al-Din merupakan sebuah jalan yang membentang melintasi Gaza dan disebut sebagai ’’koridor kematian” oleh banyak penduduk Jalur Gaza.
Sebab, sebelumnya, warga Palestina yang melarikan diri dari wilayah utara Gaza ditangkap, ditembak, dan bahkan dibunuh. Padahal, tentara Israel sebelumnya menyebut rute tersebut aman.
Banyak di antaranya pengungsi yang kesulitan berjalan karena menderita luka akibat serangan sebelumnya. Namun, mereka tak punya pilihan selain mengungsi sekali lagi.
Kepada Al Jazeera, salah seorang pengungsi bernama Walaa al-Nuzeini melarikan diri untuk kali ketiga sejak awal serangan. Dia harus melarikan diri dari Bureij dengan kursi roda akibat serangan. ’’Saya kehilangan putri saya, dia meninggal dalam pelukan saya. Kami berada di bawah reruntuhan selama tiga jam sebelum mereka mengeluarkan kami,’’ tuturnya.
Sebelumnya, Al-Nuzeini tinggal di lingkungan Shujayea yang berlokasi di Kota Gaza. Namun, serangan udara Israel menghancurkan rumahnya pada 7 November lalu.
BACA JUGA:Doa dan Zikir JSI Dihadiri Ribuan Jemaah, Dempo: Santri Teruslah Berkontribusi untuk Negeri
Al-Nuzeini terluka parah. Dia menderita luka di kakinya dan mengatakan sarafnya terpengaruh sehingga menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Dia dibawa ke Rumah Sakit al-Shifa untuk perawatan. Namun, tiga hari kemudian, tentara Israel menggerebek fasilitas tersebut. RS terbesar di Gaza itu kini tidak lagi dapat beroperasi.
Kisah pilu itu juga dialami Salem al-Sheikh. Pria lanjut usia tersebut mengaku terpaksa mengungsi dari rumahnya di lingkungan Nassr di sebelah barat Kota Gaza.
’’Tidak ada tempat yang sama. Mereka (tentara Israel) menyuruh kami pergi, jadi saya melarikan diri ke RS al-Shifa, di mana saya tinggal selama satu setengah bulan. Saya kemudian berangkat ke Nuseirat,’’ kata al-Sheikh.
Dia termasuk di antara ribuan orang yang mencari perlindungan di RS al-Shifa sebelum diserang oleh pasukan Israel. Kini, untuk kali ketiga, dia diusir dari Nuseirat. Seruan evakuasi terbaru itu diumumkan ketika pasukan darat Israel terus memerangi pejuang Palestina di Gaza Selatan dan Tengah.
’’Kami berjalan kaki dari al-Shifa, kami melewati tank tentara Israel sampai kami tiba di sebuah sekolah. Namun, sekolah-sekolah itu sudah penuh, tidak ada ruangan. Kami kelelahan, harus berpindah ke satu tempat ke tempat lain. Kami hanya ingin dibiarkan pulang ke rumah,’’ imbuh al-Sheikh. (dee/c17/tia)