Fenomena Tahun Baru Masehi Dalam Islam

Minggu 31 Dec 2023 - 10:47 WIB
Reporter : Adi Sucipto
Editor : Ade HR

KORANRB.ID -Tanggal 31 Desember, malamnya sering kali kita jumpai banyak orang merayakan tahun baru masehi.

Beberapa diantara mereka mengucapkan _happy new year_ dan sejenisnya. Bahkan ada juga diantara mereka yang mungkin melampiaskan perayaan tahun baru itu dengan kegiatan amoral. Seperti; ada yang pacaran gila-gilaan, bahkan sampai berzina.

Ada juga yang melakukan aktivitas-aktivitas yang sangat ditentang oleh Islam bahkan masuk ke ranah syirik seperti meramal nasib, bagaimana kondisi nasibnya di tahun depan dan sebagainya.

Minum-minuman keras, termasuk arogan di jalanan, kebut-kebutan di jalanan, sehingga banyak menimbulkan korban kecelakaan. Ini pun jadi fenomena begadang, karena tidurnya larut malam sehingga salat subuh pun tak dihiraukan.

BACA JUGA:Pengunjung Warem Ditikam, Polisi Amankan Dua Tersangka

Bagaimana sesungguhnya dalam Islam, ketika seorang muslim mengucapkan kalimat “selamat tahun baru” apalagi merayakan tahun baru itu? 

Maka seorang muslim itu ketika ia berfikir, berbuat, bersikap dan berkata, ia terikat dengan hukum syariat. Dia ia tidak bisa sembarangan mengaturnya.

Maka bagi orang Islam, tahun baru hanya ada satu yaitu tahun baru hijriah, 1 Muharram, hari rayanya juga ada dua, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. 

Jadi, tidak perlu kita sebagai seorang muslim mengucapkan selamat tahun baru masehi apalagi merayakannya. Meskipun kita boleh-boleh saja menggunakan kalender masehi sebagai perkara administrasi dan tidak ada kaitannya dengan akidah.

Jangan sampai tahun baru yang harusnya menjadi renungan bagi kita untuk menjadi bahan muhasabah diri kita, apakah tahun ini amal-amal kita akan lebih baik dari tahun sebelumnya? 

Apakah amalan tahun depan lebih bagus dari amalan sekarang? 

BACA JUGA:THLT Masih Tunggu Seleksi OPD

Dengan bergantinya hari, pekan, bulan apalagi tahun maka semakin bertambah umur kita, tapi juga akan terus berkurang jatah hidup kita di dunia. 

*Yahya bin Muadz* berkata: Aku sungguh heran dengan orang yang sedih Ketika hartanya berkurang, namun tidak sedih ketika usianya berkurang.

*Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a* pun pernah memberikan nasihat: Merugilah mereka, siapa mereka? Yaitu orang yang hari ini amalannya sama dengan yang kemarin. Celakalah mereka, siapa mereka? Orang yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin. Dan beruntunglah mereka, siapa mereka? Mereka adalah orang-orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin. 

Kategori :