JAKARTA, KORANRB.ID - Komitmen meninggalkan energi fosil atau energi tinggi emisi ke energi baru terbarukan ditawarkan oleh ketiga pasangan calon presiden-wakil presiden yang berkontestasi di pilpres 2024. Tak terkecuali oleh paslon nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran, Dradjad Wibowo menyampaikan, sudah sejak lama atau setidaknya sejak 2010, Prabowo Subianto menaruh harapan pada bioetanol dan biofuel sebagai sumber energi bersih. Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran pun telah memasukkan poin ini dalam Dokumen Asta Cita Prabowo-Gibran dalam sub Ekonomi Hijau.
"Ini sudah sering disampaikan oleh Pak Prabowo Subianto sejak beliau mulai terjun di politik. Singkong dan tebu, sekaligus menuju kemandirian komoditas gula. Ini salah satu program favorit beliau," kata Dradjad Wibowo dalam diskusi yang digelar Traction Energy Asia, Trend Asia, dan Forest Watch Indonesia (FWI).
BACA JUGA:KPK dan Polri Kaji Laporan PPATK, Bawaslu Minta Parpol Memasukkan Semua Data Keuangan ke LADK
Saat ini, pemanfaatan energi bersih di Indonesia baru sekitar 12,6 GW atau 0,3 persen dari potensinya yang mencapai 3.687,4 GW. Berdasarkan data Dewan Energi Nasional, potensi sumber energi bersih itu tersebar dalam bentuk energi surya 3.294,4 GW, angin 155 GW, hidro 95 GW, arus laut 63 GW, bioenergi 57 GW, dan panas bumi 23 GW.
"Kalau ditanyakan program andalan Prabowo-Gibran untuk transisi energi bersih ini adalah kita akan memperbanyak sumber-sumber bioetanol," lanjut Dradjad.
Lebih lanjut, dia menyebut, jika saat ini pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin memiliki program lumbung pangan (food estate), maka jika terpilih nanti pemerintahan Prabowo-Gibran akan membangun lumbung energi. Pengembangan bioetanol menjadi fokus pasangan capres-cawapres nomor urut 2 ini karena berpotensi membuka banyak lapangan pekerjaan.
BACA JUGA:Debat Keempat, Ini yang Ditawarkan Ganjar-Mahfud
"Nanam singkong, nanam tebu, rakyat kita relatif terbiasa. Jadi, kesiapan kultural sudah ada. Penyerapan tenaga kerjanya tinggi. Keekonomiannya lebih cepat dicapai," kata ekonom Indef ini.
Namun, meskipun pengembangan bioetanol menjadi andalan, Prabowo-Gibran juga akan mendorong pemanfaatan energi alam seperti surya dan panas bumi. Khusus untuk panas bumi atau geothermal ini, Dradjad menyadari, mungkin akan sulit mencapai keekonomian. Oleh karenanya, perlu disiapkan pula skema pembiayaan APBN.
"Kita tidak bisa begitu saja memaksa PLN untuk langsung membeli tanpa menyiapkan skema keuangannya. Karena kalau tidak, PLN yang sudah mengalami banyak permasalahan sekarang, tentu akan semakin berat bebannya," terang Dradjad. "Kita sadar transisi energi ke energi bersih ini memerlukan dana besar," lanjutnya.
Atas dasar itu pula, TKN Prabowo-Gibran dalam dokumen Asta Citanya mengalokasikan anggaran yang besar untuk kegiatan-kegiatan riset, pengembangan, dan inovasi seperti yang dilakukan oleh BRIN, salah satunya. "Supaya peneliti-peneliti kita bisa menemukan cara agar panas bumi lebih kompetitif, menemukan cara-cara agar energi surya kita bisa lebih dimasifkan penyebarannya ke banyak daerah," jelas Dradjad.
Sementara itu, terkait dengan pengembangan biodiesel yang sejauh ini mengandalkan kelapa sawit (CPO), Dradjad mengakui masih ada kompetisi antara kebutuhan untuk pangan dan energi. Untuk hal ini, dia menawarkan perlunya dibangun konsensus nasional, berapa kebutuhan untuk pangan, dan berapa untuk energi.
BACA JUGA:Ancaman Penembakan Anies, Ini Kata Pakar Psikolog
Terkait pengembangan biodiesel ini, dia pun mengusulkan perlunya mengembangkan audit lingkungan yang kredibel. Sehingga diharapkan, upaya-upaya transisi energi yang dilakukan betul-betul memenuhi aspek kelestarian.