Apalagi yang mengerjakan adalah pihak Balai Wilayah Sungai Sumatera VII Bengkulu.
“Masyarakat dan kami semua masih menunggu. Jadi apa itu tebat Gelumpai nanti,” ungkapnya.
Ia mengkhawatirkan tebat Gelumpai tidak sesuai ekspektasi dari masyarakat.
Karena Bupati Bengkulu Selatan Gusnan Mulyadi, sambung Ikhsarudin, pernah menyampaikan tebat Gelumpai jadi tempat wisata terbaik di pusat kota.
Hanya saja sampai saat ini belum ada tanda-tanda akan hal tersebut.
“Jangan-jangan cuma sebatas genangan air saja pas jadi nanti,” sampainya.
Bupati Bengkulu Selatan Gusnan Mulyadi SE MM menanggapi soal pembangunan tebat Gelumpai.
Hanya saja, diakui Gusnan, dirinya belum berkoordinasi dengan pihak Balai Wilayah Sungai Sumatera VII Bengkulu terkait kelanjutan proyek tebat Gelumpai.
“Saya juga masih bertanya-tanya apakah (pembangunan) sebatas itu. Kalau sebatas itu kenapa air belum digenangkan,” kata Gusnan.
Untuk itu Gusnan akan menanyakan kelanjutan revitalisasi tebat Gelumpai kepada Balai Wilayah Sungai Sumatera VII Bengkulu.
Menurutnya, tebat Gelumpai tersebut diproyeksikan menjadi tempat wisata air di tengah Kota Bengkulu Selatan.
“Nanti kami tanyakan dengan balai. Apakah kelanjutannya,” ucap Gusnan.
Adapun lokasi tebat Gelumpai yang sedang dibangun Balai Wilayah Sungai Sumatera VII Bengkulu ini persis di perbatasan Rukis dengan Desa Batu Lambang, Kecamatan Pasar Manna.
Selain itu tebat Gelumpai ini tidak jauh dari tebat Rukis, Kota Manna.
Tebat Gelumpai ini sebelumnya merupakan rawa dan berfungsi sebagai pengairan lahan pertanian masyarakat Bengkulu Selatan khususnya Kecamatan Pasar Manna dan Manna.
Namun kini tebat Gelumpai telah berubah sejak dibangun oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera VII Bengkulu meskipun belum tahu kapan selesainya.(**)