Bank Indonesia Proyeksikan Rupiah Menguat di Kuartal III
DOLAR: Petugas menghitung mata uang dolar AS alias USD di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta. Bank Indonesia terus mengarahkan kebijakannya untuk menjaga stabilitas rupiah.-foto: jpg/koranrb.id-
’’Itu langkah yang kami lakukan. Termasuk memperkuat stabilisasi rupiah dan juga operasi moneter yang pro-market,’’ ujarnya.
Sementara itu, Senior Economist DBS Bank Radhika Rao memandang kenaikan BI rate sebagai tindakan yang bijaksana dan bersifat preventif.
Sebab, isyarat global dan katalis dalam negeri kurang kondusif.
BACA JUGA:Berikut Cara Ketahui Uang Asli atau Palsu, Simak Penjelasannya
Mempertimbangkan revisi asumsi dasar BI untuk siklus FFR, preferensi untuk tetap waspada dan memprioritaskan stabilitas rupiah, bank sentral tampaknya akan tetap memperpanjang suku bunga tinggi hingga akhir tahun ini.
“BI akan menaikkan suku bunga lanjutan jika kondisinya sangat memungkinkan,” ucap Radhika.
Analis kebijakan ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ajib Hamdani memandang, kenaikan suku bunga acuan akan membawa tiga tantangan.
Pertama, kebijakan perbankan yang cenderung akan menaikkan suku bunga kredit sehingga sektor usaha akan mengalami kenaikan cost of fund.
Hal itu akan mendorong kenaikan harga pokok penjualan (HPP) atas produksi.
BACA JUGA:Baca Ini Dulu, Sebelum Putuskan Pilih Jurusan bagi Calon Mahasiswa
“Inilah hal pertama yang perlu dimitigasi, yakni timbulnya inflasi karena kenaikan harga pokok produksi atau cost push inflation,’’ ujarnya.
Kedua, pelemahan daya beli masyarakat.
Dengan semakin sedikitnya likuiditas dan potensi kenaikan harga barang, daya beli masyarakat akan mengalami tekanan.
Apalagi, pemerintah juga mempunyai ruang fiskal yang relatif terbatas untuk menopang daya beli masyarakat dengan skema bantuan sosial (bansos).
Ketiga, risiko perlambatan ekonomi.