Juli, La Nina Akan Landa Bengkulu

BMKG: Alat pantau cuaca yang ada di samping kantor Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Klimatologi Kelas I Bengkulu. Alat ini digunakan untuk memantau musim dan iklim yang terjadi. --WEST JER TOURINDO/RB

BACA JUGA:Kemenperin Dorong Kemandirian IKM, Pertemukan IKM Pangan dan Furnitur dengan Ritel

Dengan hembusan angin yang bergerak dari timur ke barat akan berakibat suhu permukaan laut menjadi lebih dingin. Menyebabkan kering dan curah hujan yang sedikit.

Sementara La Nina adalah kebalikan dari El Nino, sehingga akan menyebabkan curah hujan yang cukup tinggi dan iklim yang bersifat basah. 

Dimana laut pasifik di bagian barat yaitu Indonesia, maka suhu lautnya lebih hangat. Sehingga uap air di pasifik timur dialirkan ke wilayah pasifik barat.

“Kedua jenis perubahan iklim  ini adalah Iklim berpasangan dan sangat berpengaruh dengan musim yang terjadi di sebuah daerah yang terdampak,” ujar Dina.

BACA JUGA: Bahasa Rejang Raih Penghargaan Kemendikbudristek

El Nino dan La Nina tidak terpengaruh oleh musim hujan dan kemarau. Justru dua fenomena iklim tersebut yang akan mempengaruhi cuaca.

“Dua jenis Iklim ini tidak dipengarui oleh musim yang ada di suatu daerah.

Namun musimlah yang bisa terpengaruh degan adanya 2 keadaan perubahan iklim ini,” jelas Dina.

Kalau El Nino terjadi di musim hujan maka curah hujan akan berkurang.

BACA JUGA:Presiden Tinjau PEVS 2024, Pastikan Pabrik Baterai Listrik Pertama Bakal Beroperasi Bulan Depan

Bila terjadi di musim kemarau akan membuat kemarau semakin panjang dan kering. 

Sebaliknya dengan La Nina bila terjadi di musim kemarau akan menyebabkan kemarau  basah.

Sedangkan bila terjadi di musim hujan akan menyebabkan intensitas curah hujan yang tinggi serta menyebabkan banjir.

“Jika dua perubahan iklim ini sampai terjadi degan musim yang pas maka bencana secara konflek akan terjadi,” tutup Dina. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan