Pentingnya Air Bersih dan Dampak Krisis Air Bagi Industri
Figo Febrio-foto: dok/koranrb.id-
Berdasarkan proyeksi BPS jumlah ketersediaan air per kapita di Indonesia pada tahun 2035 tersisa 181.498 meter kubik per kapita per tahun.
Jika dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai 265.420 meter kubik per kapita per tahun, hal ini berkurang jauh sekali.
Terlebih lagi kita selama ini secara tidak sadar memahami bahwa air sah-sah saja untuk menjadi komoditas ekonomi.
Indonesia adalah negara berkembang dan identik dengan industri, maka industri akan merasakan dampak dari menurunnya ketersediaan air bersih, karena industri memerlukan air bersih untuk proses produksi.
Jika pasokan air bersih terbatas hal ini dapat mengganggu operasional industri, menghambat produksi dan mengurangi daya saing industri di pasar karena biaya yang meningkat menyebabkan harga meningkat dan konsumen pun memilih alternatif lain.
Merujuk dari FAO, yaitu badan PBB untuk kemaslahatan pertanian, konsumsi air yang dilakukan oleh sektor industri sebesar 19%.
Air bersih yang dimanfaatkan oleh industri berguna dalam proses pencucian dan sanitasi untuk membersihkan kotoran beberapa barang industri.
Jika ketersediaan air bersih mengalami penurunan sedang kebutuhan akan air bersih tetap, maka akan menimbulkan kelangkaan tersebut dan efeknya dapat merugikan industri-industri di indonesia.
Air bersih juga dimanfaatkan untuk bahan baku produk oleh suatu industri.
Contohnya, perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dan usaha kecil Air Minum Isi Ulang (AMIU).
Jika air bersih menurun maka produktivitas operasional industri tersebut akan menurun dan menyebabkan biaya operasional meningkat.
Perusahaan tersebut akan berinovasi untuk menghadapi masalah ketersediaan air bersih ini dengan membuat tim Research and Development.
Dalam hal ini juga membutuhkan banyak gelontoran dana dan waktu untuk menciptakan teknologi yang mampu menyelesaikan masalah tersebut.
Masalah air bersih juga dapat menghambat investasi dan pembangunan infrastruktur industri.
Sebab investor harus berinvestasi di daerah yang memiliki masalah krisis air bersih, dan menyebabkan potensi risiko yang besar terhadap kegiatan bisnis mereka.