Wajah dan Saripati Muhammadiyah
Hendry Firmansyah, SE--istimewa/rb
ARGA MAKMUR, KORANRB.ID - Berkaca kepada statement yang disampaikan oleh Prof. DR. Abdul Mut'i Sekertaris umum PP Muhammadiyah “Janganlah seperti kaleng Khong Guan tapi isinya adalah rengginang,”.
Kalimat tersebut keluar sambil berkelakar namun dalam sekali maknanya dan menjadi tamparan keras bagi yg dalam dadanya ada ghirah kemuhammadiyahan.
Mentereng memang bila kita lihat bagaimana sepak terjang dan perjuangan Muhammadiyah secara global, namun gegap gempita hasil perjuangan ini tidak merata.
Ada jurang dalam antara satu daerah dengan daerah lainnya, apalagi antar pulau yg merupakan sentral pergerakan dengan pulau pinggiran.
BACA JUGA:Kopli Ansori Belum Tentukan Arah Politik, Maju Pilkada Lebong Atau Pilwakot?
Barometer suksesnya pergerakan adalah sejauh mana implementasi dari "Sistem Pengkaderan Muhammadiyah" yang wujudnya harus “Kader Utama”.
Maka dari muktamar ke muktamar, ada saja tumbuh Amal Usaha Muhammadiyah.
Demikian juga daerah-daerah yang sadar akan keterbatasan masanya, maka mereka menyiapkan "Kader Fungsional" yang disekolahkan di sekolah-sekolah Kader Muhammadiyah yang berpotensi besar untuk wujudnya Kader Utama.
Jika dilihat dari konsep PP Muhammadiyah yang begitu apiknya membuat sebuah sistem pergerakan dan program yg terukur.
BACA JUGA:JPU Siapkan 124 Saksi, 3 Ahli ke PN Tipikor Buktikan Dugaan Korupsi PNPM Air Napal
Namun ketimpangan terjadi karena tidak mampunya Pimpinan dibawahnya untuk menafsirkan dengan baik apalagi mengeksekusi konsep tersebut.
Evaluasi demi evaluasi terus dilakukan, namun ketika militansi dipertanyakan maka hasilnya tersekat bak jurang dalam.
Ini semua terjadi karena permasalahan fundamental dari persyarikatan Muhammadiyah, khususnya di daerah-daerah tidak kunjung diobati terkait masalah pengkaderan.
Fenomena lain lagi ketika kader yang begitu berjuang habis-habisan untuk kemajuan persyarikatan, namun terpatahkan oleh kelaziman lokal dan pemakluman oleh pimpinan karena minornya dukungan.