Waspada! Cuaca Ekstrem dan Potensi Bencana Hidrometeorologi, Curah Hujan Akan Meningkat Hingga Awal Tahun 2025
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Dwikorita Karnawati.-foto: bmkg/koranrb.id-
Menurutnya, kndisi ini terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi dinamika atmosfer di Indonesia yang berdampak pada potensi peningkatan intensitas hujan di sejumlah wilayah.
Dampak peningkatan hujan ini tidak hanya dirasakan oleh masyarakat dalam menjalani aktivitas sehari-hari, namun juga berpengaruh pada aktivitas penerbangan dan pelayaran.
"Kami juga mengimbau kepada pengguna, penyedia jasa transportasi, dan operator transportasi, terutama laut dan udara untuk juga mewaspadai kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem ini," ingatnya.
Ia juga mengimbau para nelayan untuk tidak memaksakan diri melaut jika cuaca sedang buruk.
“Pantau terus kondisi cuaca, angin dan tinggi gelombang melalui aplikasi InfoBMKG," imbaunya.
BMKG juga memonitor adanya Siklon Tropis Yinxing di sekitar Laut Filipina.
Dijelaskan Guswanto, siklon ini mempengaruhi dinamika cuaca di wilayah Indonesia.
BACA JUGA:2 Terperiksa Kebakaran 5 Kamar Kost di Jalan Akasia, Lalai Salin BBM Sambil Merokok
BACA JUGA:Peringati HKN ke-60, Dinkes Provinsi Bengkulu Gelar Fun Run Marathon
"Siklon Tropis Yinxing diprediksikan meningkat intensitasnya dalam 24 jam ke depan dan teramati bergerak semakin menjauhi wilayah Indonesia,” ujarnya.
Dipaparkannya, pertumbuhan siklon tropis ini dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca dan perairan di wilayah Indonesia dalam 24-48 jam ke depan berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di beberapa wilayah, seperti Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.
Pengaruh siklon ini juga menyebabkan peningkatan tinggi gelombang laut antara 1,25 hingga 2,5 meter (kategori laut sedang) di wilayah Perairan Kepulauan Sangihe-Talaud, Laut Maluku, dan Samudra Pasifik Utara Halmahera.
Di bagian lain, Direktur Meteorologi Publik, Andri Ramdhani menambahkan berdasarkan pemantauan yang dilakukan BMKG diketahui bahwa fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial juga berdampak pada meningkatnya ketersediaan massa uap air basah dan memicu gangguan pola angin yang dapat mendukung pertumbuhan awan-awan hujan.
Saat bersamaan, tambah Andri, labilitas lokal yang kuat serta adanya pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di beberapa wilayah di Indonesia mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut.