Musim Hujan, Pelaku Usaha Ikan Kering di Kota Bengkulu Merugi

Reporter: RENO DWI PRANOTO |

Editor: Ade Haryanto |

Selasa , 10 Dec 2024 - 23:09

JEMUR: Terlihat hamparan ikan yang sedang dijemur untuk di olah menjadi ikan kering tawar dan asin yang berada di Kelurahan Pondok Besi pada Selasa 10 Desember 2024 siang.--RENO/RB

musim hujan, pelaku usaha ikan kering di kota bengkulu merugi                            bengkulu, koranrb.id – pelaku usaha pengolahan ikan kering di kota bengkulu mengaku merugi akibatan cuaca ekstrem yang saat ini sedang berlangsung.
salah satu toke pengolahan ikan kering di kelurahan pondok besi, eko agusrianto menjelaskan, curah hujan yang sering terjadi tentunya mengganggu proses pengolahan dan penjemuran ikan.
sehingga mengakibatkan penurunan kualitas dan mengalami kerugian yang signifikan.
“intesitas hujan yang sering terjadi akhir-akhir ini tentunya menghabat proses pengolahan dan penjemuran, jadi kualitas dari ikan kering tawar dan asin tentunya berkurang,” ujarnya.
baca juga:program perhutanan sosial berlanjut, 5 desa jalin kerja sama dengan aep
eko menjelaskan untuk proses penjemuran ikan yang biasanya selesai dalam 1 hari, namun dalam kondisi saat ini membutuhkan waktu 2 hingga 3 hari.
hal tersebut berdampak pada kualitas ikan yang menurun dan bahkan banyak ikan yang rusak serta menjadi bubur sehingga tidak dapat dijual.
adapun kendala lainnya seperti tingginya harga jual ikan dari nelayan yang disebabkan oleh badai dan gelombang air laut yang tinggi.
kemudian ikan yang berhasil diolah juga sulit dijual secara local. karena harga jual yang tidak sesuai dengan kemampuan pasar.
baca juga:operasi pasar murah jangkau setiap kelurahan
“ombak sekarangkan tinggi, jadi para nelayan banyak yang tidak melaut.
ada yang melaut tapi harganya mahal hasil tangkapannya sedikit, 3 kapal saja baru 50 kg,” kata eko.
akibatnya produksi ikan yang biasanya mencapai 200 hingga 300 kg/hari kini hanya mampu menghasilkan sekitar 50 kg/hari.
tentunya hal tersebut menyebabkan omzet bulanan yang biasanya mencapai rp70 juta hingga rp80 juta turun drastis hingga hanya rp40 juta saja.
baca juga:ombak besar hancurkan 12 tempat usaha di pantai jakat
lanjut eko, dengan kondisi demikian, tidak hanya dirinya saja namun para pelaku usaha ikan kering lainnya berharap ada solusi dari pemerintah untuk mengatasi cuaca ekstrem dan masalah ekonomi yang mereka hadapi.
“ya tidak hanya saya saja, tapi yang lainnya juga begitu, kami berharap pemerintah dapat mencari solusi dari masalah yang kami hadapi,” ujarnya.
sementara itu salah satu nelayan di pantai pondok besi, junaidi (53) menuturkan kondisi laut saat ini sedang tidak bersahabat dimana ketinggian ombak sangat mengkhawatirkan.
“ikannya banyak, tapi ombaknya lagi tidak bersahabat jadi lebih baik tunggu sampai airnya sudah mulai tenang,” ungkapnya.
baca juga:pengguna kartu kusuka berkurang, ini penyebabnya
dengan ketinggian ombak yang saat ini terjadi, ia lebih memilih untuk tidak berangkat melaut demi keselamatan dirinya.
meski kondisi pada saat ini ikan cukup banyak namun sulit ditangkap olehnya sebagai nelayan tradisional yang harus menghadapi gelombang air yang cukup tinggi.

Tag

Share

Koran Terkait

Kembali ke koran edisi Rakyat Bengkulu, Rabu 11 Desember 2024

Berita Terkini

Berita Terpopuler

Berita Pilihan