Menjaga Iklim Positif Pertumbuhan Ekonomi
Ilustrasi aktivitas bongkar muat kapal untuk ekspor impor. IST/RB--
KORANRB.ID – Rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 – 2029 diprediksi berkisar 5,6 – 6,1 persen. Sesuai hasil perhitungan dari target produktivitas pemerintah.
Direktur Perencanaan Makro dan Analisis Statistik Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Eka Chandra Buana menyampaikan pemerintah menargetkan ada 50 persen peningkatan total factor productivity (TFP), 5,2 persen capital productivity, dan 2,9 persen labour productivity.
BACA JUGA:Timezone Targetkan Buka 20 Venue Baru
Untuk mencapai target tersebut, maka dibutuhkan foreign direct investment (penanaman modal asing) berorientasi ekspor, skema insentif, peningkatan belanja research and development (R&D), kenaikan belanja sumber daya manusia (SDM), dan iklim usaha kondusif yang mencakup transformasi tata kelola, kelembagaan, dan regulasi.
Melihat dari lapangan usaha, target yang hendak dicapai pemerintah ialah pertumbuhan sektor pertanian 3,5 – 4 persen. Kemudian sektor manufaktur dengan fokus hilirisasi yang akan menjadi target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8 – 7 persen dalam lima tahun ke depan dengan 21,9 persen peranan terhadap produk domestik bruto.
BACA JUGA:Naikkan Level Pekerja, Dorong Ekspor Nonmigas dan Batu Bara
Pada sektor akomodasi makanan dan minuman (akmamin), pertumbuhan yang diharapkan sebesar 6,9–7,5 persen guna mengincar 19,7 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Adapun dari sisi pengeluaran, investasi ditargetkan tumbuh 6,4–6,7 persen, ekspor 7,2–7,9 persen, konsumsi pemerintah 5–5,7 persen, dan konsumsi rumah tangga 5,4–5,6 persen.
Semua target tersebut diupayakan berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor manufaktur 27,9 persen pada 2029 dengan peningkatan produktivitas 9,1 persen dan 34,09 juta jumlah tenaga kerja dengan 26,4 persen peningkatan produktivitas. Dengan demikian, nilai incremental capital output ratio (ICOR) akan menurun sekitar 5 persen.
BACA JUGA:Tujuh Perusahaan Plat Merah Dibubarkan, 15 Perusahaan Kondisi Sakit Masuk PPA untuk Dikaji
Dengan gambaran tersebut, maka kebutuhan investasi yang perlu diraih untuk periode 2025–2029 sekitar Rp 45,51–45,87 ribu triliun, di mana pemerintah itu hanya sekitar 9–11 persen, BUMN 8,3–8,9 persen, dan swasta 82,5–80,2 persen.
"Mau nggak mau, suka tidak suka adalah kita harus meningkatkan kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan akademisi. Inilah yang kami coba gambarkan bahwa kolaborasi ini akan menjadi sangat penting, sehingga kebutuhan tersebut tadi bisa kita penuhi di dalam lima tahun ke depan," ujar Eka.
BACA JUGA:Tujuh Perusahaan Plat Merah Dibubarkan, 15 Perusahaan Kondisi Sakit Masuk PPA untuk Dikaji
Peran dari pihak swasta berkaitan fokus industri kimia, industri logam dasar, industri alat angkutan, dan industri elektronik. Pemerintah dapat memberikan arah kebijakan fiskal, dukungan regulasi, kelembagaan dan prioritas pendanaan untuk transformasi pembangunan, serta dukungan dalam pengembangan R&D. Terakhir, akademisi dalam berperan dalam pengembangan R&D.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Kaltim triwulan III 2023 mencapai 5,29 persen (year on year/yoy), pertumbuhan ini sedikit mengalami koreksi apabila dibandingkan periode triwulan II 2023 dengan pertumbuhan sebesar 6,84 persen. Hal ini disebabkan penurunan harga komoditas unggulan Kaltim yaitu batu bara dan crude palm oil (CPO).