Petani Menjerit Karena Harga Pupuk Naik, Sistem Biosaka Belum Banyak Diminati

DISTANAK: Gedung Kantor Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Rejang Lebong. Dinas ini harus mencari solusi atas kenaikan harga pupuk yang membuat petani menjerit.-foto: dok koranrb.id-

KORANRB.ID - Meningkatnya harga pupuk, baik yang subsidi dan non subsidi, membuat mayoritas petani di Kabupaten Rejang Lebong menjerit.

Kondisi ini disadari Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kabupaten Rejang Lebong yang harus mencari jalan keluar atas kondisi yang terjadi.

Salah satu langkah yang akan diambil Distanak saat ini mulai menggalakkan kembali sistem pertanian Biosaka.

Menurut Kepala Distanak Rejang Lebong, Ir. H. Zulkarnain, MT, Biosaka adalah salah satu sistem teknologi terbarukan dalam perkembangan dunia pertanian organik modern yang terbentuk sebagai bioteknologi. 

Biosaka sebagai ramuan dari bahan alami sekitar yang dapat memacu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi.

BACA JUGA: Distribusi Logistik Pemilu ke Daerah Sulit Ini, KPU Hadapi Tantangan dan Rintangan

"Biosaka ini merupakan elisitor yang mengandung senyawa kimia yang dapat memicu respon fisiologi, morfologi dan akumulasi fitoeleksin, meningkatkan aktivasi dan ekspresi gen yang terkait dengan biosintesis metabolis sekunder dan dapat menginduksi resistensi tumbuhan,” jelas Zulkarnain.

Dijelaskan Zulkarnain, sistem Biosaka ini sangat cocok untuk para petani di tengah kondisi ekonomi yang terjadi saat ini, dimana dalam pembuatannya tidak membutuhkan biaya besar dan bisa dilakukan sendiri.

Selain itu sistem ini juga tidak menimbulkan kerugian bagi petani, tidak beracun, dan juga menghemat biaya pupuk kimia sintetis hingga 90 persen dan menghindari penggunaan pestisida kimiawi.

"Jika petani biasanya pakai pupuk pupuk Rp 3 juta/ ha/musim, maka dengan menggunakan biosaka cukup Rp 0,3 - 1,5 juta/ha/musim. Biosaka ini juga meminimalisir atau mengurangi serangan hama penyakit, lahan menjadi subur, umur panen lebih pendek, produktivitas dan produksi lebih bagus. Bahkan saat ini hampir di seluruh wilayah di Pulau Jawa, petaninya sudah menerapkan sistem Biosaka ini,” bebernya.

Ia mengatakan, berdasarkan hasil uji laboratorium yang dilakukan Kementerian Pertanian, diketahui pada ramuan Biosaka menunjukkan kandungan hara makro-mikro rendah sehingga disimpulkan bahwa biosaka bukan pupuk. 

“Memang kita semua juga tahu dari dulu bahwa rumput bukan pupuk, bukan menggantikan pupuk, bukan variasi pupuk, bukan jenis makanan tanaman, juga bukan memperbaiki pupuk. Tetapi biosaka memperbaiki tanaman dan ekosistem. Biosaka ini memperbaiki tanaman, sel-sel tanaman, memperbaiki lahan dan ekosistemnya, menjadikan harmoni,” terang Zulkarnain. 

Hasil uji laboratorium juga menunjukkan bahwa pada ramuan Biosaka menunjukkan adanya kandungan hormon, jamur dan bakteri yang tinggi, mengandung PGPR, ZPT, MoL dan sejenisnya.

BACA JUGA:Perusahaan Kuari Diduga Buat Pernyataan Palsu, Warga Beri Pengakuan Mengejutkan

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan