Begini Sejarah Muhammadiyah Gunakan Metode Hisab untuk Tentukan Awal Ramadan dan Idul Fitri
Sejarah penggunaan metode hisab oleh Muhammadiyah, tak terlepas dari perjuangan KH Ahmad Dahlan dan dukungan Sultan HB XII. Foto: Muhammadiyah.or.id--
BENGKULU, KORANRB.ID – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah sudah menetapkan 1 Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada tanggal 11 Maret 2024 melalui metode hisab.
Sementara, Nadhlatul Ulama (NU) atau pemerintah sampai saat ini belum menentukan kapan awal Ramadhan karena harus melakukan rukyat (melihat peredaran bulan) terlebih dahulu.
Tak jarang, awal Ramadhan dan juga 1 Syawal kerap terjadi perbedaan antara Muhammadiyah dengan Nadhlatul Ulama (NU) atau pemerintah, karena menggunakan metode dan kriteria hilal yang berbeda.
Lalu bagaimana sejarah awal mula penggunaan metode hisab ini? dan apa alasan Muhammadiyah memilih menggunakan metode ini?
BACA JUGA:8 Amalan Menjelang Bulan Ramadhan 2024 yang Perlu Dipersiapkan, Salah Satunya Membayar Utang Puasa
Menurut Affandi dalam artikelnya berjudul Sejarah Muhammadiyah Menggunakan Metode Hisab untuk Ramadan dan Idul Fitri, KH. Ahmad Dahlan dan Dukungan Sri Sultan Hamengkubuwono VII yang dilansir di laman Muhammadiyah, disebutkan Perbedaan penanggalan Ramadan dan Idul Fitri terjadi karena umat muslim belum memiliki kesadaran terkait kalender global Hijriyah.
Dalam buku Agama untuk Peradaban: Membumikan Etos Agama dalam Kehidupan (2019), Komaruddin Hidayat menulis kritik mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla.
Saat itu Mantan Wapres Republik Indonesia H. Jusuf Kalla menganggap perbedaan ini sebenarnya bersifat inkonsisten, terutama bagi pihak yang enggan memakai sistem hisab.
Umat muslim belum satu suara terkait penggunaan metode hisab untuk penentuan awal Ramadhan maupun Idul Fitri.
BACA JUGA:8 Amalan Menyambut Bulan Ramadhan yang Segera Tiba, Jangan Dianggap Sepele
Padahal, umat Islam sudah saling sepakat untuk penetapan tanggal tahun baru Hijriyah yang didasarkan pada sistem kalender (hisab).
Lalu Bagaimana sejarah awal mula Muhammadiyah menggunakan metode hisab? Hal ini tak terlepas dari apresiasi KH. Ahmad Dahlan kepada ilmu pengetahuan dan juga dukungan Kesultanan Yogyakarta.
Kesadaran untuk menggunakan kalender Hijriyah di Indonesia, dipelopori oleh Muhammadiyah melalui pendirinya, yaitu KH. Ahmad Dahlan.
Memiliki pandangan modernis, KH Ahmad Dahlan sangat memahami sejatinya ilmu sains dan teknologi memudahkan umat manusia dalam kehidupan di dunia.
BACA JUGA:10 Tradisi Unik Ramadan di Dunia, Indonesia: Bangunkan Sahur Keliling dengan Beduk
Sebagai reformis, KH Ahmad Dahlan sangat ingin umat Islam tidak mendikotomikan antara agama dan dunia.
Karena itu, kesadaran terhadap penggunaan Kalender dengan sistem hisab, beliau bawa sepaket dengan berbagai misi reformis lainnya.