Garuda Ekspansi Rute serta Lanjutkan Penjajakan Merger Dimulai Akhir Maret 2024
ARMADA: Pesawat Garuda Indonesia berada di Terminal 1 Bandara Internasional Juanda beberapa waktu lalu. Maskapai pelat merah itu akan menambah jumlah armada sekitar 80 pesawat pada akhir 2024.-foto: jpg/koranrb.id-
Irfan juga mengungkapkan progres rencana merger dengan Aviasi Pariwisata Indonesia alias Injourney, holding BUMN di sektor pariwisata dan aviasi.
Penjajakan disebut terus berlangsung. Garuda Indonesia menyambut positif upaya penggabungan tersebut.
Dia menyampaikan, hingga saat ini diskusi terkait dengan langkah penjajakan aksi korporasi itu terus berlangsung intensif.
Selain itu, perseroan menyambut baik dan memberikan dukungan terhadap rencana penggabungan tersebut.
”Hal ini selaras dengan tujuan Kementerian BUMN dalam upaya transportasi udara nasional menuju strengthening national dari industri yang semakin berdaya saing,” katanya.
Untuk diketahui, PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk atau dikenal sebagai Garuda Indonesia merupakan Maskapai penerbangan nasional Indonesia yang berkantor pusat di Bandar udara Internasional Soekarno–Hatta.
Maskapai ini adalah suksesor dari KLM Interinsulair Bedrijf.
BACA JUGA:Exxon Rencanakan 7 Pengeboran Minyak Lagi Hingga 2025
BACA JUGA:BPOM Cek Rutin Jajanan Pasar Kaget Ramadan
Garuda Indonesia merupakan anggota SkyTeam satu-satunya di Indonesia dan salah satu maskapai terbesar di Indonesia.
Garuda Indonesia mengoperasikan penerbangan berjadwal ke sejumlah destinasi meliputi Benua Asia, Eropa, dan Australia dari Jakarta, serta kota fokus, maupun kota lain untuk penerbangan Haji.
Maskapai ini adalah satu-satunya maskapai dari Indonesia yang terbang ke wilayah Eropa dan Oseania.
Maskapai ini juga pernah terbang ke wilayah Amerika hingga akhir 1990an.
Pada puncak akhir 1980-an hingga pertengahan tahun 1990-an, Garuda mengoperasikan ke sejumlah jaringan penerbangan yang luas di seluruh dunia, dengan layanan terjadwal secara teratur ke Adelaide, Cairo, Fukuoka, Johannesburg, Los Angeles, Paris, Roma dan kota lainnya di Eropa, Asia dan Australia.
Pada akhir 1990-an dan awal 2000-an, terjadi krisis keuangan dan sistem operasional yang menghantam maskapai dengan keras, menyebabkan Garuda Indonesia memangkas layanan secara drastis.