Berasal dari Nama Kayu, Topos Dipercaya Sebagai Asal-Usul Suku Rejang

TERTUA : Kecamatan Topos memiliki luas lahan hingga 20,67% dari luas total Kabupaten Lebong.Foto/Sekolah Kita--

KORANRB.ID - Di Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu terdapat salah satu wilayah administratif yang dinamai Topos. 

 

Tidak lain adalah Kelurahan Topos di Kecamatan Topos yang dahulunya berstatus perkampungan adat hingga sempat berkembang menjadi desa. 

 

Secara geografis Topos terletak di bagian Timur Kabupaten Lebong, persisnya berada tepat di Hulu Sungai Ketahun dengan ketinggian 900-1.400 dpl dan yang dikelilingi pegunungan Bukit Barisan.

 

Topos adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lebong, dengan luas 20,67% dari luas total Kabupaten Lebong yang mencapai 1.665 kilometer persegi. 

BACA JUGA:Gawat! Sudah Ada 70 Kasus DBD, Dinkes Kaur Lakukan Ini

 

Topos adalah kecamatan terluas kedua setelah Pinang Belapis.

 

Berdasarkan beberapa catatan sejarah, Topos dipercayai sebagai salah satu tempat atau perkampungan tertua di Kabupaten Lebong.

 

Tak heran jika Topos juga diyakini sebagai salah satu tempat yang menjadi asal-usul serta peradaban masyarakat suku Rejang. 

 

Seperti adanya sejumlah kata dalam pepatah yang diantaranya Serambeak Bepun, Topos, Teluk Diyen, Amen, Semelako, Pelabai, Das Tebing” salah satu Sastra yang menegaskan tentang asal usul dan paling tidak menjelaskan nama-nama perkampungan yang dianggap tua dalam sejarah Rejang. 

BACA JUGA:Harga Tas Ini Setara 21 Unit Mobil Land Cruiser, Berikut Tas Branded Termahal di Dunia

 

Sampai saat ini belum ada data yang menjelaskan secara terinci kapan Topos diikrarkan menjadi  perkampungan.

 

Namun dari cerita para tetua adat di Kabupaten Lebog, tahun 1866 Residen Belanda pernah berkedudukan di Topos.

 

Seiring semakin bertambahnya jumlah penduduk di kampung ini, Topos terus berkembang dan menjadi beberapa kampung.

 

Diantaranya Kutai Donok, Talang Balau, Suko Negerai, Tik Sirong dan Ajai Siang.

 

BACA JUGA:Berikut Bahaya yang Mengintai Jika Gunakan Baju Baru Tanpa Dicuci

 

Dengan kondisi sekarang, tidaklah sulit bagi kamu yang untuk menuju ke Topos. 

 

Hanya memerlukan waktu 4 jam dari Ibu Kota Provinsi Bengkulu dan 1,5 jam dari Curup Ibu Kota  Kabupaten Rejang Lebong,  

 

Menariknya, penyebutan kata Topos itu justru berasal dari nama jenis kayu.

 

Dikisahkan, ketika pertama kali tempat ini dijadikan perkampungan, salah seorang pendirinya menancapkan tongkatnya yang kemudian tumbuh menjadi pohon Topos yang sangat rindang.

BACA JUGA:Daftar Calon Negara Kuat Timnas Ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026, 1 Levelnya Dulu di Bawah Timnas

 

Sejak saat itulah perkampungan yang sejatinya didirikan Bikau Bembo itu dinamai Topos.

 

Namun Bikau Bembo yang dikisahkan sebagai pencetus berdirinya Topos, ternyata bukanlah pribumi, apalagi bersuku Rejang.

 

Disebut-sebut Bikau Bembo berasal dari daerah Kerajaan Rum yang berada di Asia Turki.

 

Lantas mengapa bisa Bikau Bembo menjadi salah satu tokoh peradaban suku Rejang?

 

BACA JUGA:Prediksi Tim Berpeluang Menyusul Persikabo Degradasi ke Liga 2

 

Tidak lain karena pernikahannya dengan Putri Ajai Siang, yang mana Ajai Siang ini adalah pribumi dan merupakan pimpinan komunitas kampung yang ada di daerah Topos.

 

Beberapa keturunan Bikau Bembo inilah kemudian banyak menyebar di wilayah Rejang dan membentuk kesatuan adat Jurukalang.

 

Dari wilayah Kecamatan Topos yang sekarang, masyarakat Rejang Jurukalang mulai berpencar dan mendirikan perkampungan-perkampungan baru di luar mulo jijai atau asal-muasalnya. 

 

Usaha mendirikan atau merintis perkampungan baru dikenal sebagai menyusuk. 

BACA JUGA:Ini Kabupaten dengan Persentase Kemiskinan Tertinggi di Provinsi Bengkulu

 

Susuk atau sosok sendiri merujuk pada rintisan permukiman yang dibangun dengan membuka hutan.

 

Pada masa lalu, seluruh anggota masyarakat Rejang menganggap orang Rejang dari Topos sebagai penggambaran manusia Rejang ideal yang sesungguhnya. 

 

Orang Topos dipandang sebagai sosok Rejang yang kuat dan bermental baja, tidak korup dan tangguh secara moral.

 

Konon dahulunya, sistem perkawinan masyarakat Topos adalah eksogami.

 

Yaitu larangan bagi masyarakatnya melakukan perkawinan satu kampung. 

 

BACA JUGA:Kenali 15 Manfaat Semangka untuk Kesehatan, Salah Satunya Baik untuk Kulit dan Rambut

 

Namun seiring perkembangan zaman, sekarang masyarakat Topos sudah menganut sistem pernikahan secara keagamaan, persisnya secara Islami.

 

Untuk mata pencaharian, hampir merata masyarakat Topos bekerja sebagai petani. 

 

Baik bertani pado sawah maupun perkebunan kopi dan lainnya. (**)

 

 

 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan