Hasil TBS Sawit Petani di Bengkulu Selatan Terbilang Rendah Hanya 14 Ton Per Hektare Dalam Setahun
SAWIT: Angkutan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit Bengkulu Selatan saat menuju pabrik CPO di Kedurang.-foto: dok/koranrb.id-
BACA JUGA:Pilgub Bengkulu 2024, Adu Kuat Politikus 'Gajah'! Ini Kandidat yang Diprediksi Bakal Maju
"Dengan penambahan Rp 60 juta itu artinya ada pembiayaan, fasilitas yang bisa dipenuhi sepanjang tahun sampai tanaman menghasilkan," beber Ahmad.
Salah satu pelaku usaha perkebunan kelapa sawit Bengkulu Selatan dan juga karyawan pabrik CPO Idius Safari mengungkapkan, perkebunan kelapa sawit milik masyarakat Bengkulu Selatan belum dilakukan secara serius.
Hal ini dapat dibuktikan dengan cara perawatan dan pengelolaan TBS.
Selama ini petani sawit Bengkulu Selatan hanya mengandalkan lahan dan bibit saja.
Setelah itu tidak dilanjutkan dengan pemupukan secara berkala. Bahkan ada yang tidak pernah memberikan pupuk pada kebun sawit.
Menurut Idius, kondisi tersebut membuat TBS tidak maksimal, dan buah yang dihasilkan sangat sedikit.
"Untuk produksi kami akui TBS Bengkulu Selatan belum maksimal, ini terlihat dari TBS yang masuk ke pabrik," ujar Idius.
Sebelumnya Bupati Bengkulu Selatan Gusnan Mulyadi berulang kali mengingatkan masyarakat petani tidak hanya mengandalkan pupuk subsidi dari pemerintah.
Menurutnya, sampai kapanpun pupuk subsidi untuk kelapa sawit maupun tanaman lainnya tidak akan mencukupi kebutuhan masyarakat.
Ia berharap masyarakat merubah pola pikir dengan cara membeli pupuk non subsidi.
Gusnan meyakini pupuk non subsidi lebih maksimal dan hasil TBS akan meningkat.
"Jangan hanya terpaku atau mengandalkan pupuk subsidi, jelas terbatas. Mulailah dengan pupuk non subsidi, pasti hasilnya meningkat," kata Gusnan.
Ia menyadari masyarakat akan merasa berat apabila menggunakan pupuk non subsidi, tapi cara tersebut harus dirubah agar produksi pertanian kelapa sawit betul-betul meningkat.(**)