Kisah Nabi Idris yang Gemar Belajar dan Membaca Sejak Kecil, Orang Pertama Bisa Baca Tulis
Kisah Nabi Idris yang Gemar Belajar dan Membaca Sejak Kecil, Orang Pertama Bisa Baca Tulis--
KORANRB.ID - Berbicara tentang Nabi Idris maka yang muncul dibenak kita adalah Nabi dan Rasul kedua setelah Nabi Adam AS.
Nabi Idris adalah keturan Nabi Adam yang ke enam. Yang mana ia adalah putra dari Yarid bin Mihla'iel (Mahlail) bin Qinan (Qainan) bin Anusy bin Shiyth (Syits) bin Adam AS.
Nabi Idris AS adalah nabi utusan Allah SWT yang dikenal sangat dimuliakan karena memiliki ilmu.
Beliau dianugerahi begitu banyak kepandaian dalam berbagai bidang oleh Allah SWT. Selain itu, Nabi Idris AS pandai karena sangat gemar dan rajin dalam belajar sejak kecil.
BACA JUGA:Awal Oktober, Presiden Jokowi Dijadwalkan Resmikan Dua Proyek Strategis Nasional di Bengkulu
Nabi Idris adalah salah satu nabi dan rasul yang mendapat amanah dari Allah SWT untuk menegakkan agama, menyampaikan ajaran-ajaran tauhid kepada umat manusia di zamannya.
Beliau juga ditugaskan untuk memberi pedoman hidup kepada kaumnya. Selain itu, Nabi Idris juga diberikan ilmu untuk membuan alat-alat yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang kebutuhan manusia.
Nabi Idris dilahirkan di Mesir pada tahun 4533 hingga 4188 sebelum masehi. Pada zaman itu, banyak manusia yang tidak mengingat Allah atau lalai dengan perintah Allah.
Akhirnya Allah memberikan hukuman pada kaum nabi Idris berupa musim kemarau yang berlangsung sangat panjang.
BACA JUGA:Rawan Kasus Kekerasan Anak, Lebong Harus Terbitkan Perda KLA
Melihat kondisi demikian, Nabi idris pun berdoa kepada Allah agar hukuman tersebut dihentikan. Lalu Allah pun mengabulkan doanya dan segera menurunkan hujan.
Pada zaman itu, ilmu pengetahuan sudah cukup berkembang. Waktu itu ada 188 kota yang telah didesain mewah. Salah satunya adalah kota Ar-ruha, yaitu kota terkecil diantara 188 kota lainnya.
Nabi Idris diangkat menjadi Nabi saat ia beranjak dewasa. Semenjak ia diangkat menjadi seorang Nabi, beliau mengajak kaumnya untuk selalu taat kepada Allah .
Serta melarang orang–orang pada zaman tersebut supaya tidak membuat kerusakan atau perbuatan yang menentang syariat Nabi Adam dan Nabi Syits.