KORANRB.ID - Indonesia menduduki posisi tiga besar dalam ekspor komoditas udang dengan nilai ekspor USD2 miliar di 2023
dan ditargetkan bisa tumbuh menjadi sekitar USD3 miliar pada 2024.
Maraknya isu pencemaran soal tambak udang yang beredar di tanah air sangat mengkhawatirkan karena komoditas udang memiliki sensitivitas sangat tinggi terhadap isu pencemaran lingkungan.
Salah satunya menimpa para petambak udang Karimun Jawa yang berpotensi merusak imej hasil udang Indonesia di mata dunia.
BACA JUGA:Perempuan Wajib Tahu 5 Cara Aman Mengendarai Sepeda Motor
BACA JUGA:Beri Relaksasi Impor Bahan Baku dari Timteng, Pemerintah Pantau Situasi Geopolitik Dunia
Diskusi jaringan digital terkait potensi ekspor udang yang melibatkan kalangan praktisi dan akademisi di bidang pembudidayaan produk perikanan dan udang, Jumat, 19 April 2024 mengungkapkan sejumlah pandangan terkait persoalan ini.
Ketua Umum Shrimp Club Indonesia (SCI), Haris Muhtadi pada kesempatan itu menegaskan, ekspor produk udang Indonesia pada 2023 sudah mencapai lebih dari 1 juta ton dan diharapkan bisa tumbuh ke depannya.
Namun, Haris Muhtadi mempertanyakan, perlakuan kepada para pembudi daya udang, di beberapa lokasi pesisir pantai,
terutama di Karimun Jawa, yang justru sangat kontraproduktif dan berpotensi merusak citra udang Indonesia di mata dunia.
BACA JUGA:Moody’s Pertahankan SCR, Indonesia Masih di Atas Investment Grade
BACA JUGA:Usai Lebaran, Harga Bapokting di Kabupaten Lebong Berangsur Turun
Menurutnya, tudingan yang dilancarkan ke petambak itu juga mengandung kesan sangat tidak proporsional, tidak terukur, serta tidak ilmiah.
“Sekali kasus pencemaran lingkungan yang terkait dengan budi daya udang dihembuskan,
sorotan mata internasional yang memiliki kepentingan dengan ekspor udang asal Indonesia,” tandas Haris.