SIDOARJO, KORANRB.ID – Bernadette Caroline Angelica Harianto, mahasiswi tingkat akhir Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, kemarin (5/11) ditemukan tak bernyawa di dalam mobilnya yang terparkir di kompleks perkantoran terbengkalai Royal Business Park, Tambakoso, Waru, Sidoarjo. Penyebab kematian perempuan 21 tahun itu diduga tidak wajar.
Saat ditemukan, kepala korban terbungkus kantong kresek putih yang diisolasi di leher. Lalu, ada seutas slang bening di dalam kresek yang terhubung dengan tabung gas helium. Tabung itu berada di kursi sebelah kiri korban. BACA JUGA:Laut Masih Diselimuti Kabut Tebal Kasatreskrim Polresta Sidoarjo Kompol Tiksnarto Andaru Rahutomo mengungkapkan, jenazah korban ditemukan kali pertama oleh petugas sekuriti. Saat itu satpam curiga melihat mobil Honda Jazz dengan nopol AG 1484 BY yang terparkir sekitar pukul 06.30 WIB. Satpam lantas memeriksa kondisi di dalam mobil tersebut. Dia terkejut melihat seorang perempuan yang terkulai lemas di kursi pengemudi. Kepala perempuan muda itu terbungkus kresek putih. Karena curiga, satpam tersebut kemudian melaporkannya ke Polsek Waru. BACA JUGA:Kejagung Dorong Percepatan Penyelesaian Proyek BTS 4G Bakti Kominfo Sekitar pukul 06.45, petugas Polsek Waru datang. Lalu disusul tim Inafis Polresta Sidoarjo dan Satreskrim Polresta Sidoarjo. Andaru mengatakan, semua kaca mobil dalam kondisi tertutup dan terkunci. Karena itu, petugas lantas membuka paksa pintu mobil. ”Kami belum bisa pastikan penyebab kematiannya. Ini kami bawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim untuk otopsi," ungkapnya. Saat memeriksa lokasi kejadian, polisi menemukan dua lembar surat wasiat di kantong kanan celana perempuan asal Kediri itu. Dua lembar surat wasiat tersebut ditulis menggunakan bahasa Inggris dan ditujukan kepada ibu, adik, sahabat, dan bibinya. Isinya tentang pesan dan permintaan maaf. Namun, polisi belum bersedia membeber secara detail isi surat wasiat itu. Kanitreskrim Polsek Waru AKP Ahmad Yani hanya mengatakan bahwa kertas tersebut berasal dari buku tulis milik korban yang ada di apartemennya. ”Dari hasil identifikasi, ada kemiripan identik dengan tulisan korban di bukunya itu," ujarnya. BACA JUGA:Formasi PPPK Guru Disabilitas Tidak Ada Peserta Yani juga menyatakan, berdasar hasil pengamatan sementara, tidak ada luka kekerasan apa pun di tubuh korban. Dari foto saat proses olah TKP diketahui, korban dalam kondisi lemas hingga kepalanya masuk di sela antara kursi pengemudi dan kursi penumpang depan. Tangan kiri korban tampak memegang slang bening yang terhubung ke tabung gas helium. Tabung helium itu ada di kursi penumpang depan dengan lakban dan gunting yang diduga digunakan sebagai perekat kresek di kepala korban. Lakban tersebut dipasang sedikit longgar hingga slang bening yang terhubung dengan gas helium bisa masuk. Yani juga mengatakan bahwa korban sehari-hari tinggal di sebuah apartemen di daerah Genteng, Surabaya. ”Tinggal sama adiknya," ungkapnya. Apakah ada dugaan pembunuhan? Perwira polisi berpangkat balok kuning tiga itu belum bisa memastikannya. Dia justru menduga korban bunuh diri. ”Dugaan demikian itu karena tidak ada barang yang hilang dan luka kekerasan, tapi kami dalami lagi setelah ada hasil otopsi," katanya. BACA JUGA:Wajib Gunakan Bibit Dan Pupuk Bersertifikat, Program Replanting Sementara itu, korban tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unair. Saat dikonfirmasi kemarin, Dekan FKH Unair Prof Dr drh Mirni Lamid MP membenarkan bahwa Bernadette Caroline Angelica Harianto adalah mahasiswinya. Dia saat ini tengah menjalani program pendidikan dokter hewan (PPDH). Yakni program lanjutan pendidikan S-1 kedokteran hewan untuk mendapatkan gelar dokter hewan. ”Benar, almarhumah tercatat sebagai peserta PPDH FKH Unair,” katanya. Mirni mengaku sudah mengetahui kabar tewasnya mahasiswinya yang ditemukan di dalam mobil di Sidoarjo. Namun, informasi tersebut tidak langsung diperoleh dari pihak kepolisian. ”Saya masih belum tahu informasi detailnya kejadian tewasnya mahasiswi kami. Sekarang (tadi malam, Red) saya masih menuju ke RS Bhayangkara Polda Jawa Timur,” ujarnya. Menurut Mirni, Bernadette adalah mahasiswi yang baik dan aktif di kampus. ”Anaknya baik. Aktif juga kok. Saya akan ke Polda Jatim dulu untuk tahu kejadiannya,” kata dia. Diduga Pilih Helium untuk Kurangi Rasa Sakit HINGGA tadi malam, polisi masih menduga Bernadette Caroline Angelica Harianto meninggal karena bunuh diri. Dugaan itu cukup kuat setelah mempelajari lokasi kejadian. Misalnya, berbagai barang korban masih tertata rapi di dalam mobil. ”Nggak ada yang terlihat berantakan,” ujar Kanitreskrim Polsek Waru AKP Ahmad Yani saat menunggu proses otopsi di RS Bhayangkara Polda Jatim tadi malam. Berdasar analisisnya, korban diduga sengaja bunuh diri. Dia menutup kepalanya dengan kresek agar tidak ada oksigen yang masuk. Lalu, memasukkan slang yang tersambung dengan tabung gas helium. Gas itu, lanjut dia, dalam sejumlah literatur disebutkan bisa membuat orang yang menghirupnya dalam waktu tertentu akan meninggal dengan tenang. Kandungannya bisa membuat kehilangan kesadaran dengan cepat. ”Mengurangi rasa sakit,” sebutnya. BACA JUGA:APK Bandel Akan Diturun Paksa Namun, kata Yani, pihaknya tetap akan mendalami berbagai kemungkinan lain. Karena itu, dilakukan otopsi terhadap jenazah korban. ”Hasilnya akan menjadi dasar pijakan dalam melakukan pendalaman,” ungkapnya. Yani belum bisa memastikan alasan korban memilih tempat bunuh diri yang jauh dari tempat tinggalnya. Hanya, menurut analisisnya, pemilihan lokasi juga tidak dilakukan asal-asalan. Korban diduga sengaja memilih tempat itu karena areanya terbuka. ”Kemungkinan bisa ditemukan lebih cepat,” terangnya. Lebih lanjut, dia mengatakan, korban selama ini dikenal sebagai pribadi yang cerdas. IPK-nya ketika kuliah 3,8. Dia saat ini juga menjadi asisten dosen. Sementara itu, sumber Jawa Pos di kepolisian menjelaskan, faktor pendukung lain bunuh diri adalah dua lembar surat wasiat yang ditemukan. Di dalamnya terdapat pesan yang ditujukan ke sejumlah orang. Mulai ibu, paman, kakak, adik, hingga teman. Untuk sang ibu, jelas dia, korban sempat mengucapkan terima kasih karena selama ini sudah dilindungi. Namun, perlindungan yang diterima disebut membuatnya justru menjadi pribadi yang tidak berguna. Korban merasa sulit dalam mengambil keputusan. ”Mungkin terlalu dikekang atau bagaimana sehingga tidak bisa mandiri,” katanya. (jpg)
Kategori :