Banyak faktor internal dan eksternal yang menjadi penyebab merosotnya nilai rupiah.
Situasi perekonomian negara juga merupakan faktor penting.
Namun, dengan adanya pandemi virus corona di banyak negara, tidak terkecuali Indonesia, dan jumlah orang yang sakit masih terus meningkat hingga akhir Maret 2020, sehingga mengejutkan situasi perekonomian negara.
BACA JUGA:Rupiah Melemah Dipicu Sentimen Eksternal, Nilai Tukar Mencapai Rp 16.000 Per USD
Analisis menunjukkan setidaknya ada empat faktor penyebab terdepresiasinya nilai tukar rupiah dalam situasi Indonesia saat ini.
1. Penurunan pasokan dolar AS Menurut Big Alpha, nilai tukar rupiah saat ini sedang terdepresiasi akibat penurunan faktor pasokan.
Lebih khusus lagi, ketika Indonesia sedang berjuang melawan pandemi virus corona, investor asing meninggalkan negara ini untuk mengurangi risiko dan mengurangi pasokan.
Hal ini terlihat dari penurunan Surat Utang Negara (SUN) dan rendahnya suku bunga yang dibeli investor karena sekali lagi risikonya terlalu tinggi.
Jika situasi ini terus berlanjut, maka akan semakin banyak investor asing yang keluar terlebih dahulu, sehingga berpotensi mengurangi pasokan dolar AS dan menaikkan harga.
2. Penurunan harga bahan baku ekspor Penurunan permintaan barang ekspor tentunya berdampak pada neraca perdagangan.
Ekspor sangat penting bagi negara karena jika ekspor menurun maka nilai tukar rupiah akan semakin terdepresiasi.
Oleh karena itu, permintaan ekspor perlu ditingkatkan agar nilai rupiah kembali meningkat.
3. Tingginya Tingkat Impor Tentu saja nilai ekspor berbanding terbalik dengan nilai impor.
Semakin rendah nilai impor maka semakin tinggi nilai rupiah.
BACA JUGA:218 Koperasi, Perputaran Uang Belasan Miliar Rupiah