Pada akhir tahun 1960-an, sebagai dampak dari perubahan politik di Indonesia, musik Barat mulai masuk ke Indonesia, termasuk penggunaan gitar elektrik.
Gitar elektrik kemudian sering digunakan sebagai alat musik pendamping bagi para penyanyi dangdut.
Era 1970 hingga 1990-an
Pada awal tahun 1970-an, musik dangdut mengalami perkembangan yang pesat di Indonesia.
Hal ini terlihat dari meningkatnya konser-konser dangdut, penjualan kaset dangdut, dan peningkatan jumlah penggemar musik dangdut di Indonesia.
Bahkan, tidak jarang penyanyi dangdut Indonesia mengadakan konser di luar negeri.
Contohnya, Rita Sugiarto dan Rhoma Irama sukses menggelar konser dangdut di Manila, Tokyo, dan Melbourne.
BACA JUGA:Pantai Panjang Bengkulu, Dibalik Pesonanya Tersimpan Mitos Kapal Hantu dan Pusaka Kuno
Dari penjualan kaset dangdut yang tinggi, jelas terlihat bahwa pada waktu itu musik dangdut telah berkembang dengan pesat.
Bahkan pada tahun 1979, majalah Tempo secara eksplisit menyebutkan tahun tersebut sebagai "tahun dangdut" karena musik dangdut berhasil menguasai pasar kaset dan industri musik Indonesia.
Tidak mengherankan jika pada era ini, musik dangdut yang didominasi oleh suara Rhoma Irama dan Elvy Sukaesih terdengar di berbagai tempat, mulai dari stasiun televisi hingga diskotek dan klub malam.
Era 2000-an
Pada era ini, musik dangdut mengalami banyak perubahan, terutama dalam hal aransemen.
Hal ini terjadi karena munculnya kejenuhan terhadap musik dangdut konvensional, sehingga para musisi dangdut di wilayah Jawa Timur mulai mengembangkan jenis baru musik dangdut yang disebut dangdut koplo.
BACA JUGA:TNI Bangun 6,2 Kilometer Jalan, Hingga Rehab Rumah Tak Layak Huni
Dangdut koplo menjadi sebuah genre musik tersendiri yang memiliki perbedaan mencolok dengan dangdut original, terutama dari segi irama gendangnya.