KORANRB.ID - Tolak ukur keberhasilan suatu pemerintahan dalam menyelenggarakan perekonomian negara adalah berkurangnya tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan. Kedua sasaran tersebut juga merupakan bagian dari visi misi menuju Indonesia emas 2045 kelak.
Pengangguran dan kemiskinan adalah 2 masalah yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Pengangguran dapat menjadi penyebab kemiskinan dikarenakan orang yang tidak memiliki pekerjaan tidak memiliki sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dasar dirinya dan keluarganya. Kemiskinan juga dapat menjadi penyebab pengangguran karena orang yang miskin tidak memiliki kemampuan untuk membeli barang dan jasa yang diperlukan untuk mempertahankan pekerjaan.
Pengangguran dan kemiskinan bagaikan dua sekawan yang selalu menghantui Indonesia. Kedua isu ini bagaikan benalu yang menggerogoti kemajuan bangsa. Perjuangan melawan 2 musuh rakyat ini terus berlanjut hingga saat ini, meskipun data menunjukkan tren positif dalam beberapa tahun terakhir. Indonesia telah menunjukkan kemajuan dalam memerangi permasalahan tersebut.
BACA JUGA:TPG Tidak Kunjung Dibayar, Ini Penjelasan Dinas Pendidikan Kota
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2023 sebesar 5,32 persen turun sebesar 0,54 persen poin dibanding Agustus 2022. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2024 mencapai 4,82%, turun sebesar 0,63% poin dibanding Februari 2023.
Data terbaru yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tersebut mengungkapkan bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia mengalami penurunan signifikan. Data tersebut dapat menjadi acuan bagi perekonomian Indonesia, karena menunjukkan adanya perbaikan dalam pasar tenaga kerja dan kemungkinan adanya peluang kerja yang lebih besar bagi masyarakat.
Tingkat kemiskinan di Indonesia juga mengalami penurunan, data Maret 2023 persentase penduduk miskin di Indonesia mencapai 9,36% atau setara dengan 25,90 juta jiwa. Angka ini lebih rendah dibandingkan Maret 2022 sebesar 9,54% atau setara dengan 26,16 juta jiwa. Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memproyeksikan tingkat kemiskinan di 2024 akan turun menjadi 9,16 persen dibandingkan 9,36 persen pada Maret 2023.
BACA JUGA:Ini Daftar Penerima Penghargaan Paritrana Award 2024
Angka-angka positif dari data-data tersebut menunjukkan adanya upaya pemerintah yang patut diapresiasi. Pemerintah telah meluncurkan beberapa program guna menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan tersebut seperti Progran Kartu Prakerja (PKP), Program Keluarga Harapan (PKH), Program Tenaga Kerja Mandiri (TKM), Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan sebagainya.
Upaya ini tak hanya membuka peluang kerja baru, tetapi juga membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin dan mendorong anak-anak mereka untuk menyelesaikan pendidikan serta meningkatkan skill dan daya saing masyarakat di era digital.
Perjuangan belum usai sampai disini, tantangan yang lebih besar masih terbentang luas karena jumlah pengangguran dan penduduk miskin masih tergolong tinggi.
Upaya berkelanjutan dan terarah untuk mencapai target pengangguran 5% dan kemiskinan 6,5% yang dicanangkan Presiden Jokowi di tahun 2024.
BACA JUGA:Final! Pemutihan Pajak Kendaraan Bermotor Dimulai 4 Juli
Dukungan terhadap UMKM dan wirausaha pun perlu ditingkatkan. Membuka lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi harus menjadi salah satu yang diprioritaskan pemerintah.
Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan yang akan dirasakan oleh rakyat.