KORANRB.ID - Jogo Bonito, yang berarti "permainan indah" dalam bahasa Portugis, adalah istilah yang merujuk pada gaya bermain sepak bola Brasil.
Yakni menekankan teknik individu, kreativitas, dan permainan menyerang yang atraktif.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, banyak pengamat dan penggemar sepak bola yang merasa bahwa Tim Nasional (Timnas) Brasil telah menjauh dari gaya ikonik ini.
Bahkan saat ini banyak pihak yang mengatakan bahwa Jogo Bonito telah punah.
BACA JUGA:Filosofi 'Jogo Bonito' Antarkan Timnas Brazil Raih 5 Kali Piala Dunia, Ini Sejarahnya
Terakhir kali Timnas Brasil memamerkan Jogo Bonitonya pada tahun 2002, dimana kala itu Tim Samba yang dihuni oleh trio Ronaldo, Rivaldo dan Ronaldinho berhasil meraih trophi Juara Dunia pada World Cup 2002 yang digelar di Korea dan Jepang tersebut.
Setelah perhelatan itu, Jogo Bonito seolah hilang ditelan bumi meski Brasil terus melahirkan banyak bintang sepakbola seperti Neymar, Gabriel Jesus, dan lainnya.
Perubahan filosofi sepak bola saat ini menjadi salah satu alasan hilangnya Jogo Bonito dari gaya permainan Timnas Brasil.
Sepak bola modern telah mengalami evolusi taktis yang signifikan.
Banyak tim sekarang mengutamakan organisasi defensif yang kuat dan keseimbangan taktis, sering kali dengan mengorbankan kreativitas individu.
BACA JUGA:Strategi Andalan Sebagian Klub Asal Inggris, Ini Ulasan Lengkap Kick and Rush
Pelatih Brasil, terutama sejak awal 2000-an, telah mengadopsi pendekatan yang lebih pragmatis untuk bersaing di tingkat internasional.
Selain itu, punahnya Jogo Bonito juga dipengaruhi oleh banyak pemain Brasil yang bermain di liga-liga top Eropa di bawah bimbingan pelatih asing yang menekankan disiplin taktis dan struktur tim.
Pengalaman ini mempengaruhi cara bermain mereka ketika kembali ke tim nasional, yang pada gilirannya mempengaruhi filosofi permainan tim secara keseluruhan.
Kemudian, tekanan untuk memenangkan gelar besar, terutama setelah kegagalan di beberapa turnamen besar seperti Piala Dunia 2014 dan 2018, membuat federasi sepak bola Brasil dan pelatih lebih fokus pada hasil daripada gaya.