Sejarah cermin berawal dari zaman lampau, dimana manusia masih menggunakan permukaan air yang tenang sebagai cermin alami untuk melihat refleksi diri mereka.
Manusia purba menggunakan batu-batu berkilau, seperti obsidian (sejenis kaca vulkanik).
Lalu beranjak ke logam yang dipoles seperti tembaga dan perunggu sebagai cermin primitif.
BACA JUGA: Kaya Akan Nutrisi, Ini Manfaat 'Biji' Kambing Jantan untuk Kesehatan, Terutama Vitalitas Seksual
BACA JUGA:Sembelih Sapi Kurban, Wabup Kepahiang Singgung Masa Jabatan Terakhir
Cermin logam ini ditemukan di berbagai peradaban kuno seperti Mesir, Mesopotamia, dan Cina.
Orang Mesir kuno membuat cermin dari tembaga yang dipoles dengan baik. Cermin ini biasanya berbentuk bulat dan memiliki pegangan.
Kemudian orang Mesopotamia dan Yunani Kuno juga mulai menggunakan logam seperti perunggu dan perak yang dipoles untuk membuat cermin.
Pada zaman Yunani kuno juga terdapat cermin tangan kecil yang terbuat dari perunggu atau perak.
Cermin dari bahan kaca mulai masuk pada ke 1, dimana orang romawi mulai menggunakan kaca transparan dengan lapisan logam di belakangnya untuk membuat cermin.
BACA JUGA:Jangan Salah Kaprah, Ini Perbedaan Thrift dan Vintage
BACA JUGA:Shalat Idul Adha di Masjid Desa Kertapati Bengkulu Tengah, Gubernur Serahkan Bantuan Sapi Presiden
Namun, temuan ini tidak berkembang. Sedangkan pada abad ke 8 hingga ke 13, para pengrajin di Timur Tengah membuat cermin dari kaca dengan teknik yang lebih maju, tetapi cermin ini masih langka dan mahal.
Masuk ke abad ke 13 hingga 16, muncul pembuat kaca di Venesia, Italia, mereka terkenal karena teknik yang maju dalam pembuatan kaca.
Mereka membuat cermin kaca berkualitas tinggi dengan lapisan timah-merkurium. Cermin ini sangat mahal dan menjadi barang mewah yang hanya dimiliki oleh kaum aristokrat dan bangsawan.
Pada 1835, seorang ahli kimia Jerman, Justus von Liebig mengembangkan proses kimia untuk melapisi kaca dengan perak melalui reduksi perak nitrat.