Perbedaan dalam konsonan dan vokal serta penggunaan tonasi bisa membuat pengucapan menjadi sulit bagi penutur bahasa lain.
BACA JUGA:5 Agustus 2024 Pengesahan APBD Perubahan Bengkulu Utara, Sonti: Tergantung Dinamika Pembahasan
BACA JUGA:Sertifikat 195 Bidang Tanah di Kawasan TWA Bisa Terbit, KWA Turun Status Menjadi APL
Banyak bahasa Dayak menggunakan sistem morfologi yang agglutinatif, di mana kata-kata dibentuk dengan menambahkan berbagai afiks.
Struktur ini bisa menjadi rumit karena afiks-efiks tersebut dapat mengubah makna kata secara signifikan.
Kosakata bahasa Dayak sering kali sangat spesifik dan terkait erat dengan budaya serta adat istiadat lokal.
Kosakata ini bisa sangat berbeda dari bahasa Indonesia dan mungkin tidak memiliki padanan langsung dalam bahasa lain.
Struktur kalimat dalam bahasa Dayak bisa berbeda dari bahasa Indonesia, dengan aturan sintaksis yang unik.
Ini mencakup urutan kata, penggunaan preposisi, dan cara membentuk kalimat yang mungkin tidak langsung dikenali oleh penutur bahasa lain.
BACA JUGA: Pekan Depan, Pemprov Bengkulu Akan Lantik 570 PPPK, Tersisa 73 PPPK Belum Miliki NI, Ini Kata Sekda
BACA JUGA:Rawan Kebakaran Lahan di Kota Bengkulu, BPBD Tandai 3 Lokasi Ini
Beberapa bahasa Dayak telah dipengaruhi oleh bahasa Melayu, bahasa Cina, dan bahasa Belanda. Pengaruh-pengaruh ini menambah kompleksitas kosakata dan struktur bahasa.
Karena keragaman dan kompleksitas ini, mempelajari bahasa Dayak memerlukan pemahaman mendalam tentang berbagai aspek linguistik dan budaya, yang dapat menambah tingkat kesulitannya.
5 . Bahasa Minang
Bahasa Minang, yang digunakan oleh masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat, Indonesia, memiliki beberapa aspek yang membuatnya dianggap sulit bagi penutur bahasa lain.
Bahasa Minang memiliki sistem bunyi yang khas, termasuk variasi dalam vokal dan konsonan yang mungkin tidak ada dalam bahasa Indonesia standar.