KORANRB.ID - Fenomena _manantiang piriang_ (atau dikenal dengan istilah melempar piring) merupakan salah satu tradisi unik yang ada di warung Nasi Padang, terutama di Sumatera Barat, Indonesia.
Tradisi ini tidak hanya menjadi bagian penting dari budaya Minangkabau, tetapi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin melihat langsung keunikan cara menyajikan makanan di warung nasi khas Padang.
Secara harfiah, _manantiang_ dalam bahasa Minang berarti "melempar", sementara _piriang_ berarti "piring". Jadi, _manantiang piriang_ berarti melempar piring.
Fenomena ini terjadi saat pelayan di warung Nasi Padang secara lihai dan cepat menyusun serta mengoper piring yang berisi lauk pauk kepada pelanggan tanpa menggunakan nampan, melainkan dengan teknik unik yang melibatkan melempar atau menggeser piring dari tangan ke tangan.
BACA JUGA:Ini Manfaat Terapi Musik untuk Kesehatan Fisik dan Mental, Berikut Penjelasannya
Meski istilah "melempar piring" terdengar kasar, namun proses ini sebenarnya dilakukan dengan keahlian yang luar biasa.
Piring-piring berisi makanan dilemparkan dengan teknik yang presisi sehingga tidak ada makanan yang tumpah, dan piring-piring tersebut berhasil sampai di meja pelanggan dengan aman.
Teknik ini memerlukan keahlian khusus yang hanya bisa dikuasai setelah bertahun-tahun berlatih.
Tradisi _manantiang piriang_ dipercaya berasal dari kebiasaan masyarakat Minangkabau yang sangat menghargai kecepatan dan efisiensi, terutama dalam hal pelayanan.
Pada masa lalu, warung Nasi Padang selalu ramai dikunjungi oleh banyak orang, terutama pada saat jam makan siang. Oleh karena itu, untuk melayani pelanggan dengan cepat, para pelayan harus menemukan cara yang lebih efisien dalam menyajikan makanan.
BACA JUGA:BKN Perbolehkan Pakai Materai Tempel dan e-Materai Untuk Pendaftaran CPNS
Daripada membawa piring-piring satu per satu atau menggunakan nampan, para pelayan mengembangkan teknik _manantiang piriang_ ini untuk mempercepat proses penyajian.
Teknik ini bukan hanya menghemat waktu, tetapi juga menjadi semacam atraksi yang menghibur bagi pelanggan yang melihatnya.
Seiring waktu, teknik ini menjadi bagian integral dari budaya warung Nasi Padang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Proses _manantiang piriang_ memerlukan keterampilan yang tinggi. Pelayan harus mampu menyusun beberapa piring di lengannya sekaligus, dengan lauk yang sudah tertata rapi di atas piring.