Pada akhir 1990-an, ketika perusahaan teknologi seperti Ericsson, Intel, Nokia, dan beberapa lainnya bekerja untuk mengembangkan standar komunikasi nirkabel global, mereka mencari nama yang mencerminkan tujuan utama teknologi ini, yaitu untuk menyatukan berbagai perangkat yang berbeda.
Jim Kardach, seorang insinyur dari Intel yang berperan besar dalam pengembangan standar ini, adalah orang yang mengusulkan nama Bluetooth.
Jim Kardach, pada saat itu, sedang membaca buku tentang sejarah Eropa utara, khususnya sejarah para Viking. Ia menemukan kisah Harald Blåtand yang sangat menarik, karena raja ini terkenal karena menyatukan banyak suku yang berbeda di Skandinavia.
BACA JUGA: Viral Video Pemain PON Sulteng Menangis di Ruang Ganti, Usai Wasit Eko KO
BACA JUGA:Sukses Memikat Hati Penonton, Ini 10 Film Indonesia Bergenre Romantis Terlaris
Kardach melihat ada kemiripan antara misi Raja Harald dan misi proyek teknologi yang sedang dikerjakannya.
Seperti halnya Harald menyatukan Skandinavia, teknologi Bluetooth dirancang untuk menyatukan berbagai perangkat yang berbeda dengan berbagai sistem operasi dan arsitektur teknologi yang berbeda-beda, membuat mereka bisa "berkomunikasi" satu sama lain.
Dengan demikian, Kardach mengusulkan nama Bluetooth sebagai kode nama sementara untuk proyek tersebut, tetapi nama ini akhirnya tetap digunakan karena dianggap menarik dan mudah diingat.
Selain nama yang terinspirasi oleh sejarah, logo Bluetooth juga memiliki makna yang mendalam. Logo Bluetooth terdiri dari dua huruf rune dalam alfabet Nordik kuno: "Hagall" (ᚼ) dan "Bjarkan" (ᛒ). Dua huruf ini merupakan inisial dari Harald Blåtand dalam alfabet rune.
Ketika digabungkan, kedua simbol rune ini membentuk logo Bluetooth yang kita kenal saat ini. Dengan demikian, logo tersebut merupakan penghormatan kepada raja Viking yang menjadi inspirasi nama teknologi ini.
BACA JUGA:Belum Banyak yang Tahu, Ini 5 Kisah Aneh yang Tercetak di Mata Uang
BACA JUGA:5 Provinsi Penghasil Pisang Terbanyak di Indonesia, Total Panen Sampai 9,34 juta Ton per Tahun
Setelah standarisasi teknologi Bluetooth selesai pada akhir 1990-an, teknologi ini mulai diterapkan secara luas pada awal 2000-an.
Salah satu penggunaan pertama Bluetooth adalah pada ponsel, di mana teknologi ini memungkinkan pengguna untuk mentransfer data dan file secara nirkabel antara perangkat.
Seiring waktu, Bluetooth berkembang menjadi lebih dari sekadar alat transfer data. Teknologi ini kini digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk menghubungkan perangkat audio, mengendalikan perangkat rumah pintar, dan bahkan menjadi bagian integral dari teknologi Internet of Things (IoT).
Bluetooth memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya populer. Selain daya konsumsi yang rendah, teknologi ini juga beroperasi pada frekuensi radio yang tidak memerlukan lisensi, yaitu di kisaran 2.4 GHz.