JAKARTA, KORANRB.ID – Upaya penanggulangan demam berdarah dengue (DBD) akan digencarkan. Memasuki musim hujan, DBD kerap menjadi wabah rutin. Kementerian Kesehatan kini menggandeng para peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk mencegah DBD dengan nyamuk yang mengandung bakteri wolbachia.
Merujuk data Kemenkes, pada Januari hingga November tahun ini, ada 76.499 kasus DBD. Upaya penanggulangan DBD dengan nyamuk wolbachia menjadi satu harapan. Teknologi itu pada prinsipnya memanfaatkan bakteri alami wolbachia yang banyak ditemukan pada 60 persen serangga.
BACA JUGA:OTT, KPK Amankan 11 Orang di Kaltim, Suap Proyek APBN dan APBD 2023-2024
Bakteri tersebut selanjutnya dimasukkan dalam nyamuk Aedes aegypti hingga menetas dan menghasilkan nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia. Diharapkan, nyamuk ber-wolbachia itu menghentikan persebaran Aedes aegeypti yang mengandung dengue.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu menegaskan bahwa penyebaran nyamuk ber-wolbachia dipastikan aman. Penerapan teknologinya sudah melalui kajian dan analisis risiko dengan melibatkan 25 peneliti top Indonesia. ”Hasilnya bagus. Sudah diujicobakan di Jogjakarta sekitar 5–6 tahun lalu dan hasilnya sangat menggembirakan,’’ katanya kemarin (24/11).
Hasil kajian dan efektivitas itu telah dikirim ke Badan Kesehatan Dunia (WHO). WHO pun akhirnya merekomendasikan nyamuk tersebut pada 2021. Mempertimbangkan hal itu, Kemenkes memutuskan untuk memperluas area penyebaran nyamuk wolbachia di lima kota, yakni Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang.
BACA JUGA:Gencatan Senjata Hari Pertama Hamas-Israel, Masih Ada Warga Gaza Jadi Korban
’’Kendati telah menunjukkan hasil yang baik, penyebaran nyamuk ber-wolbachia tetap memerlukan monitoring dan evaluasi secara berkala,’’ katanya. Kemenkes telah mengeluarkan Buku Pedoman Penanggulangan Dengue dengan metode nyamuk ber-wolbachia di lima kota untuk memastikan implementasi berjalan baik.
Peneliti nyamuk wolbachia UGM Prof Adi Utarini mengatakan, daerah yang disebar nyamuk ber-wolbachia terbukti mampu menurunkan angka kejadian DBD hingga 77 persen. Angka perawatan di rumah sakit juga turun 86 persen.
BACA JUGA:TPG Guru Kota Ngadat, Gita: Masalah di Bank Penyalur, Dewan Segera Bertindak
Bahkan, merujuk pada data Dinas Kesehatan Kota Jogja 2023, kasus DBD tercatat hanya di angka 67 kasus. Berdasar data yang dirangkum, jumlah kasus itu menjadi yang terendah dalam 30 tahun terakhir. ’’Hasil ini menjadi bukti penelitian di Jogjakarta sekaligus rekomendasi ke WHO untuk vector control advisory group,’’ kata sosok yang akrab disapa Uut itu. (lyn/c7/bay)