KORANRB.ID - Fenomena 'terjatuh dari tempat tinggi' saat tidur adalah pengalaman yang sering dialami banyak orang.
Mereka merasa seperti jatuh atau tersandung dari ketinggian sebelum tiba-tiba terbangun. Pengalaman ini disebut hypnic jerk atau hypnagogic jerk, yang merujuk pada gerakan tubuh yang tidak terkontrol dan sering kali tiba-tiba saat seseorang sedang dalam transisi dari terjaga menuju tidur.
Hypnic jerk merupakan gerakan refleks yang sering kali terjadi saat seseorang berada di tahap awal tidur, biasanya pada fase NREM (Non-Rapid Eye Movement), yang merupakan tahap tidur ringan. Pada saat ini, otot-otot mulai rileks dan tubuh berangsur-angsur memasuki keadaan istirahat.
Namun, terkadang sistem saraf kita dapat menafsirkan relaksasi otot yang tiba-tiba ini sebagai tanda bahwa tubuh sedang jatuh atau dalam bahaya. Hal ini memicu respons yang berupa sentakan fisik, mirip seperti reaksi kaget atau tersentak.
BACA JUGA:Wow! Berikut 6 Hewan yang Bisa Memutar Kepala hingga 180 Derajat
BACA JUGA:Kades Benuang Galing Kepahiang Dikeroyok OTD Pakai Besi di Liku 9, Begini Kondisinya
Sentakan ini biasanya disertai oleh perasaan jatuh atau tergelincir, yang terkadang disertai dengan kilatan cahaya atau bayangan, bahkan mimpi yang singkat.
Orang yang mengalami hypnic jerk sering terbangun sesaat, terkadang dengan detak jantung yang meningkat, sebelum akhirnya kembali tidur.
Hypnic jerk cukup umum dan dialami oleh sebagian besar populasi. Diperkirakan bahwa sekitar 60-70% orang pernah mengalami sensasi ini setidaknya satu kali dalam hidup mereka.
Meskipun sering dianggap sebagai fenomena normal, hypnic jerk bisa terjadi lebih sering pada beberapa orang, tergantung pada berbagai faktor.
Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan mengapa hypnic jerk terjadi, tetapi tidak ada satu pun yang sepenuhnya menjelaskan fenomena ini. Berikut adalah beberapa penyebab yang sering dikaitkan dengan hypnic jerk:
1. Relaksasi Otot yang Cepat
Saat seseorang mulai tertidur, otot-otot tubuh secara alami mulai rileks. Pada beberapa orang, otak dapat salah menafsirkan relaksasi mendadak ini sebagai tanda bahwa tubuh sedang jatuh atau kehilangan keseimbangan.