Dalam budaya Jawa, tindakan tertentu yang terlihat sembrono sering dianggap sebagai pertanda buruk.
BACA JUGA:Benarkah Minyak Nilam Bisa Menyembuhkan Luka? Begini Penjelasannya
Menekuk kaki ke atas saat berbaring mungkin dianggap sebagai cerminan sikap malas atau tidak menghormati lingkungan sekitar, yang dipercaya dapat mengundang kualat atau kesialan.
Dalam budaya Melayu, ada larangan serupa yang melibatkan posisi tubuh. Kepercayaan ini sering kali dihubungkan dengan adab dan sopan santun.
Posisi tubuh yang tidak pantas dianggap dapat membawa malu atau dampak buruk kepada keluarga, termasuk kesehatan atau keselamatan orang tua.
Larangan ini juga dapat ditemukan dalam budaya lain dengan variasi makna.
Di beberapa masyarakat tradisional, posisi tubuh yang tidak wajar dianggap dapat mengundang roh jahat atau energi negatif, yang pada akhirnya dapat berdampak buruk pada orang di sekitar.
BACA JUGA:Mengintip Awal Mula Kemunculan Cosplay, Populer di Amerika Abad 20
Secara ilmiah, tidak ada hubungan antara posisi tubuh seseorang saat berbaring dengan kematian orang tua atau siapa pun.
Kepercayaan ini sepenuhnya berasal dari tradisi budaya dan nilai-nilai simbolis.
Menekuk kaki ke atas saat berbaring adalah tindakan fisik yang normal dan tidak memiliki dampak langsung pada nasib atau kesehatan orang lain.
Namun, jika dilakukan terlalu sering, posisi ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada tubuh, seperti tekanan pada punggung bawah atau gangguan peredaran darah.
Oleh karena itu, lebih baik menjaga postur yang nyaman dan sehat saat berbaring.
Mitos ini sering digunakan sebagai cara untuk menanamkan nilai kesopanan dan rasa hormat, terutama kepada orang tua.
BACA JUGA:Debat Kandidat, Erwin - Jonaidi Janjikan Beri Insentif Pengurus Tempat Ibadah
Ketakutan akan kehilangan orang tua adalah perasaan universal yang dimanfaatkan untuk memastikan anak-anak mematuhi aturan.