Dalam dunia kerja, keahlian praktis sering kali lebih dihargai daripada gelar akademik. Sayangnya, jebakan gelar membuat banyak individu kurang fokus pada pengembangan keterampilan teknis atau soft skills, yang sebenarnya sangat penting untuk sukses dalam kehidupan profesional.
4. Memperkuat Kesenjangan Sosial
Jebakan gelar juga dapat memperkuat ketidakadilan sosial. Mereka yang tidak memiliki akses ke pendidikan tinggi sering kali dianggap kurang mampu, meskipun mereka mungkin memiliki keterampilan dan bakat yang luar biasa.
Adapun penyebab utama jebakan gelar dipengaruhi beberapa faktor, yakni:
1. Budaya Prestise
Dalam banyak masyarakat, gelar dianggap sebagai lambang prestise. Orang tua sering kali mendorong anak-anak mereka untuk mengejar gelar tertentu demi status sosial, bukan demi pengembangan pribadi.
BACA JUGA:Dari Sini Awal Terbongkarnya Aksi Rampok Bersenpi di Kepahiang
2. Sistem Pendidikan yang Linear
Sistem pendidikan yang terlalu terfokus pada jalur akademik dan kurang memberikan penghargaan pada jalur non-akademik, seperti kejuruan atau seni, juga berkontribusi pada jebakan gelar.
3. Ekspektasi Pasar Kerja
Banyak perusahaan yang masih mengutamakan gelar dalam proses rekrutmen, meskipun gelar tersebut mungkin tidak relevan dengan pekerjaan yang ditawarkan.
Bagaimana menghindari jebakan gelar? Ada beberapa hal yang bisa dilakukan:
1. Redefinisi Kesuksesan
Kesuksesan tidak melulu berarti memiliki gelar tinggi. Kesuksesan sejati adalah ketika seseorang dapat menjalani hidup dengan tujuan dan kebahagiaan, serta memberikan kontribusi positif kepada masyarakat.
2. Fokus pada Pembelajaran Sepanjang Hayat
Pendidikan tidak berhenti setelah seseorang mendapatkan gelar. Pembelajaran sepanjang hayat, baik melalui pengalaman kerja, kursus tambahan, atau pembelajaran mandiri, jauh lebih berharga daripada sekadar gelar formal.