Harga Gabah Naik, Petani Rugi Biaya Produksi

Kamis 07 Dec 2023 - 23:06 WIB
Reporter : Bella Wilianti
Editor : M. Rizki Amanda Lubis

KORANRB.ID - Harga gabah dikalangan petani saat ini dijual Rp6.610 per kilogram (kg). Namun, jika dilihat dari Harga Pokok Penjualan (HPP) harga gabah ini memang mengalami kenaikan, dari semula Rp4.200 yang ditetapkan pada Maret 2023 menjadi Rp5.000 akhir-akhir ini. 

Kepala Dinas (Kadis) Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu, Sisardi, SPd, MM, mengatakan berdasarkan keputusan Badan Pangan Nasional dan para pengusaha padi, ditetapkan memang ada kenaikan harga gabah dibandingkan dengan yang selama ini.

BACA JUGA:KPU Kota Rekrut 6.895 Petugas KPPS, Pendaftaran Dibuka 11 Desember

"Ini dari HPP Rp5.000, tetapi kenyataannya di rata-rata menjadi Rp6.610/kg. Artinya dipasaran memang lebih tinggi dari pada harga produksi," ujar Sisardi.

Dikatakan Sisardi, dilakukannya kenaikan harga oleh Badan Pangan Nasional tersebut untuk menjamin petani sejahtera, pedagang untung, konsumen tersenyum. 

BACA JUGA:DTPHP Optimasi Programa Penyuluhan Pertanian 2024

"Artinya, bagaimana para petani yang selama ini enggan turun ke sawah bisa turun ke sawah untuk meningkatkan produksi dari padi atau gabahnya," ungkapnya.

Kenaikan harga gabah terus, dikatakannya tentu juga akan mempengaruhi harga beras. Namun, kembali lagi kepada niat dari BPN adalah untuk menjamin baik dari petani, pedagang maupun konsumen. 

"Ini diperkirakan sehubungan dengan dampak El Nino, saat ini sudah mulai musim hujan. Diperkirakan hingga Maret nanti," ujar Sisardi.

Ia mengatakan akan bekerjasama dengan bulog membanjiri beras yang SPHP yang harganya lebih murah di masyarakat. 

"Kita juga akan meningkatkan produksi dari Dinas Pertanian. Agar ketersediaan beras itu aman di masyarakat," tutupnya. 

BACA JUGA:Bersiap Hadapi Puncak Musim Hujan

Sementara Itu, Anggota DPRD Provinsi Bengkulu, Suimi Fales, mengkritik kenaikan harga gabah yang terjadi dikalangan petani tersebut. Menurutnya, biaya operasional dari tanam padi hingga panen tidak seimbang dengan hasil yang didapat. 

"Kenaikan harga gabah seharusnya menguntungkan petani, tetapi kenyataannya biaya produksi dari awal tanam hingga panen jauh lebih tinggi dari harga jualnya. Dengan begitu letak untuk kesejahteraan petani itu dengan harga gaba naik di mana?" tegas Suimi.

Dikatakannya, permasalahan  seperti kelangkaan pupuk subsidi yang memaksa para petani untuk membeli pupuk non-subsidi dengan harga yang jauh lebih tinggi yang menyebabkan biaya produksi meningkat. Belum lagi, kelangkaan BBM jenis solar untuk traktor dan kendaraan pertanian lainnya. Begitu pula dengan harga pestisida yang juga tinggi menjadi beban tambahan bagi petani.

Kategori :

Terkait