JAKARTA, KORANRB.ID – Kecelakaan kereta api di perlintasan sebidang yang terjadi berturut-turut membutuhkan perhatian. Apalagi, arus lalu lintas menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 (Nataru) mulai meningkat.
Sesuai data PT Kereta Api Indonesia, jumlah perlintasan sebidang di Indonesia mencapai 3.693 titik. Sebanyak 1.598 di antaranya telah dijaga. Namun, masih ada 2.095 titik perlintasan yang belum dijaga. Terdiri atas 1.132 perlintasan resmi dan 963 perlintasan liar.
BACA JUGA:Nataru Tanpa Petasan
VP Public Relations KAI Joni Martinus mengatakan, PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero meminta seluruh pihak yang berwenang atas perlintasan sebidang meningkatkan sistem keselamatannya. Merujuk Peraturan Menteri Perhubungan No 94 Tahun 2018, wewenang untuk penanganan dan pengelolaan perlintasan sebidang antara jalur KA dan jalan dilakukan oleh pemilik jalannya.
BACA JUGA: Waspada Upal Jelang Nataru
”Pemilik jalan adalah pihak yang harus mengelola perlintasan sebidang seperti melengkapi perlengkapan keselamatan atau menutup perlintasan sebidang yang dinilai membahayakan keselamatan,” jelasnya.
BACA JUGA:Jelang Nataru, Dinkes Siapkan Pelayanan Gratis di Sepanjang Jalinsum
Untuk perlintasan sebidang yang berada di jalan nasional, misalnya, pengelolaan dilakukan oleh menteri. Kemudian, perlintasan sebidang di provinsi oleh gubernur dan bupati/wali kota untuk perlintasan sebidang di jalan kabupaten/kota dan desa.
”KAI mengimbau agar pemda, Kemenhub, dan PUPR lebih peduli serta lebih perhatian terhadap kelaikan dan keselamatan di perlintasan sebidang dengan melengkapi peralatan keselamatan bagi pengguna jalan raya. Seperti rambu-rambu, penerangan, palang pintu, dan penjaga perlintasan sebidang,” ujar Joni saat dihubungi kemarin (17/12).
Sementara itu, Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijawarno menuturkan, memang terdapat sejumlah kerawanan dalam Nataru. Salah satunya perlintasan kereta api tanpa palang pintu dan penjagaan.
BACA JUGA:Enam Pos Didirikan Hadapi Nataru
”Sebelumnya, telah terjadi kecelakaan kereta api Probowangi di Lumajang, Jatim, lalu menyusul kereta api feeder Whoosh di Bandung Barat,” jelasnya.
Perlintasan kereta api sebidang tanpa penjagaan itu memang mengkhawatirkan. Khususnya, perlintasan yang terletak di jalan desa. ”Seperti yang kecelakaan feeder Whoosh itu perlintasan di jalan desa,” paparnya kemarin.
Penjagaan perlintasan di jalan desa banyak dilakukan secara swadaya. Problemnya, saat dilakukan secara swadaya, tidak ada yang menjaga saat malam. Dia mengusulkan, sebaiknya perlintasan yang dijaga swadaya itu dipalang saat malam. ”Setidaknya untuk membuat pengendara perhatian bahwa ada jalur kereta,” urainya.
BACA JUGA: SOP Ditekankan Bagi Pengelola Wisata Jelang Nataru