CURUP, KORANRB.ID - Masyarakat Kabupaten Rejang Lebong, khususnya Kota Curup mungkin tidak asing ketika mendengar kata Masjid Al-Jihad Curup. Ya, masjid yang terletak di jantung Kota Curup, tepatnya di jalan Kartini Kelurahan Pasar Baru ini menjadi salah satu masjid termegah di Kota Curup dan selalu ramai dikunjungi jamaah di setiap waktu salat.
Tapi tahukah kamu, bahwa Masjid Al-Jihad ini didirikan tahun 1932 dan selesai dibangun 1933. Awalnya majid ini merupakan sebuah hotel ternama milik salah satu tokoh Tionghoa di Kota Curup, yang selanjutnya dibeli oleh organisasi Muhammadiyah, yang kemudian direnovasi tahun 1963 hingga 1964.
BACA JUGA:Lagi Viral ! Bangunan Masjid Menyerupai Kakbah, Berikut Kisah dari Pendirinya
Ada yang menarik ketika melaksanakan salat jamaah di masjid ini, khususnya ketika waktu salat Subuh. Dimana para jamaah akan disajikan secangkir kopi atau teh hangat untuk menghangatkan tubuh di tengah cuaca dingin Kota Curup.
Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini saat ini juga menjadi kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah Rejang Lebong beserta organisasi ortom Muhammadiyah lainnya. Di masjid ini juga terdapat perpustakaan umum yang bisa diakses oleh masyarakat serta radio Al-Jihad.
BACA JUGA:Tertua di Bengkulu Tengah, Masjid Al-Ikhlas Berdiri Tahun 1823 atau 1901? Simak Penjelasannya
Bagi warga Muhammadiyah Kota Curup, masjid Al-Jihad ini memiliki historis yang cukup tinggi. Kabarnya dahulu disini tempat perkumpulan pemuda Muhammadiyah dan juga jamaah masjid sangatlah ramai.
Setiap sholat subuh selalu melakukan Tauziah. Ketika lebaran Idul Fitri dan Idul Adha warga Muhammadiyah melakukan sholat bukan di masjid Muhammadiyah tetapi di lapangan Setia Negara, bertujuan untuk menggembangkan syiar Islam. Selain itu di sekitar masjid Al-Jihad terdapat berbagai macam warung diantaranya pempek cek dut, mie ayam, dan apotek.
BACA JUGA:Sejarah Masjid Agung Kepahiang, Pembangunan Diwarnai Drama Politik, Ganti Nama dan Sertifikat Hilang
Awal mula asal Masjid Al-Jihad yaitu di bangun oleh orang Cina pada tahun 1938, dengan tujuan untuk membuat hotel dua lantai. Lantai pertama yaitu toko karena di sekitar hotel ingin di jadikan pasar. Namun pada akhirnya ternyata pasar tidak jadi diletakkan di situ, karena pemerintah setempat memindahkan pasar ke pasar tengah depan Bang Mego.
Namun karena bangunan sudah selesai dan tinggal di tempati, ditambah lagi karena pasar tidak jadi diletakkan disekitar hotel, akhirnya bangunan tersebut dijual oleh pemiliknya. Bangunan yang awalnya berdinding seng dan berbahan kayu itu pun dibeli oleh perkumpulan Muhammadiyah dengan tokoh-tokoh diantaranya Datuk Mangkodo Rajo, Datuk Jangguik, Datuk Sirat, Datuk Majin, Datuk Mardan Sultan Kayo, dan lainnya.
BACA JUGA:Sejarah Masjid Jamik Bengkulu, Dibangun Pejuang Tahun 1828 dan Direnovasi Oleh Soekarno
Setelah Muhammadiyah membeli bangunan tersebut di ganti namanya menjadi Gedung Muhammadiyah, kemudian dirapatkan lagi oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah, yang hasilnya kemudian menjadikan bangunan tersebut sebagai Sekolah Dasar. Dimana untuk lantai pertama dijadikan sekolahan, sedangkan di lantai kedua dijadikan tempat beribadah.
Kemudian Sekolah Dasar tersebut pindah menjadi Sekolah Dasar Aisyah yanh tidak jauh dari Gedung Muhammadiyah. Kemudian bangunan yang menjadi gedung gedung Muhammadiyah itu kemudian ingin dijadikan masjid dengan nama Masjid Al-Taqwa. Tetapi di musyawarahkan lagi tentang pergantian nama, dan pada akhirnya gedung Muhammadiyah di ganti nama menjadi Masjid Al-Jihad.
BACA JUGA:Masya Allah! Masjid Al Jihad Seluma Berusia 1 Abad Lebih, Begini Sejarahnya