CURUP - Tiga dari 21 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang ada di Kabupaten Rejang Lebong (RL), diminta siaga Demam Berdarah Dengue (DBD). Bentuknya dengan memperketat program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Dikatakan Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM), Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Rejang Lebong, Titin Julita, SKM, ketiganya Puskesmas Padang Ulak Tanding (PUT), Puskesmas Sambirejo dan Puskesmas Curup Timur.
“Kasus DBD tertinggi dengan jumlah korban di atas 20 orang, ada di wilayah tiga Puskesmas itu, makanya kami fokuskan ke masing-masing Puskesmas bersangkutan siaga,” kata Titin kepada RB, Kamis 13 November 2025.
Pentingnya memperketat PSN, lanjut Titin, mengingat cuaca di Rejang Lebong yang saat ini sedang tinggi curah hujannya. Secara kalender kesehatan, Oktober, November dan Desember masuk ke siklus paling rawan DBD.
BACA JUGA:Faktor Usia Bikin Spesial Pelantikan Kadis PMD, 8 Pejabat Lainnya Menyusul
Di mana nyamuk aedes aegypti, rantai puncak penyebaran DBD, berpeluang berkembang biak lebih leluasa dibanding waktu lainnya. Justru itu langkah pencegahan penularan DBD yang paling ideal adalah dengan memutus mata rantai utamanya.
“Dalam hal ini memberantas sarana kembang biak nyamuk aedes aegypti dengan program 3M Plus (menguras, menutup dan mengubur, red),” terang Titin.
Namun bukan berarti Puskesmas lain dapat bersantai, Titin pastikan penerapan PSN harus dilakukan semua Puskesmas. Sekalipun tidak ada kasusnya, seperti Puskesmas Kepala Curup, Puskesmas Bermani Ulu dan Pukesmas Sindang Dataran, tetap saja harus siaga DBD.
Kepada masyarakat juga diimbau langsung membawa anggota keluarganya yang sakit ke Puskesmas atau RSUD. Apalagi jika sakitnya menunjukkan gejala menyerupai DBD supaya langkah pencegahan penularan bisa cepat dilakukan.
“Ciri DBD diawali demam tinggi mendadak dengan suhu badan 39–40°C yang berlangsung 2–7 hari, termasuk nyeri hebat pada otot, sendi, atau tulang, serta muncul bintik merah di kulit akibat pecahnya pembuluh darah kecil,” jelas Titin.
Diketahui per 13 November 2025 sudah terjadi 133 kasus DBD, namun tidak ada yang korbannya sampai meninggal dunia. Jumlah itu jauh menurun dibandingkan tahun 2024 yang hingga tutup tahun mencapai 435 kasus. (sca)