Prabowo mengaku telah menginstruksikan Universitas Pertahanan yang berada di bawah kementeriannya untuk membuat pilot project pemukiman murah di kawasan rentan terendam air. Rumah itu disiapkan selagi tanggul laut raksasa (giant sea wall) dibangun di pantai utara Jawa Tengah.
Hal itu dilakukan dalam rangka mengantisipasi permukaan air laut Indonesia naik 25 cm setiap tahunnya. ’’Kita memiliki 2 prototipe rumah murah terapung yang nilainya adalah 130 juta 1 rumah, sudah termasuk solar panel, tenaga surya, sudah termasuk septtitanck sehingga dia bisa hidup upgrade tanpa tergantung PLN dan bisa hidup dengan sanitasi yang bersih, dengan bio teknologi yang modern, mikroba dan sebagainya,’’ ujar Prabowo pada Seminar Nasional di Jakarta.
Ada dua model rumah yang akan dibangun. Pertama, rumah panggung yang menurutnya bisa diterapkan dengan tinggi panggung di atas 500 cm. Kedua, rumah murah terapung. Prabowo menyebut, pembangunan rumah itu akan dibantu BUMN PT PAL yang ahli dalam perkapalan dan BUMN PT LEN Indonesia.
Menurutnya, biaya pembangunan rumah itu mencapai Rp 130 juta per unit. Termasuk ada solar panel untuk kebutuhan listrik jadi tidak bergantung pada PLN (off grid) dan ada septic tank agar sanitasi bersih dan bebas mikroba.
’’Perencanaan mereka bagus Rp 130 juta, tapi saya kasih anggaran lebih jadi Rp 150 juta per rumah karena budaya Indonesia ini suka mark up, nah ini sekalian aja saya (tambah) anggarannya agar bikin yang terbaik untuk rakyat segera,’’ jelas Prabowo.
Dia menjelaskan, proyek dengan biaya Rp 150 juta per rumah apung terbilang ideal karena rumah tersebut bisa dipakai hingga 10-15 tahun selama pembangunan tanggul laut raksasa.
Capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo melanjutkan kampanyenya di Jawa Tengah. Dia bertemu dengan berbagai lapisan masyarakat. Salah satunya para petani bawang di Desa Sawojajar, Kabupaten Brebes.
Ganjar berkampanye di Jawa Tengah sejak Selasa (9/1). Dia berkampanye di Cilacap dan Banyumas. Kemudian ia kembali ke Jakarta untuk menghadiri perayaan HUT ke-51 di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Siang hari, Ganjar terbang ke Jawa Tengah. Sekitar pukul 16.0p, dia bertemu dengan para petani bawang di Desa Sawojajar, Brebes. Ganjar melihat hasil panen dan berdialog dengan petani. "Hari ini harganya berapa,?" tanyanya. "Rp 15 ribu pak," jawab salah satu petani.
Ganjar juga bertanya tentang penjualan hasil panen. Para petani menyampaikan persoalan yang mereka hadapi. Misalnya, soal pupuk yang mahal. "Harga pupuk mahal pak," celetuk salah seorang petani.
Ganjar menjawab bahwa mahalnya pupuk itu disebabkan karena subsidi yang kurang. Menurutnya, karena subsidi kurang, maka yang terjadi adalah para petani berebut. "Yang di bawah rebutan," paparnya.
Penentuan subsidi pupuk menjadi kewenangan pemerintah pusat. Menurutnya, pemerintah membahasnya dengan DPR RI. Dia pun berkomitmen memberikan perhatian serius terhadap masalah pupuk, karena itu merupakan problem klasik yang selalu saja terjadi.
Ganjar juga dicurhati soal pengairan atau irigasi. Menurut salah satu petani, jika hujan deras turun, sungai seringkali meluap dan membanjiri ladang mereka. Jika musim kemarau, sungai tersebut mengering.
Ganjar langsung respon cepat dan memanggil stafnya untuk mencatat masalah itu. Dia berjanji akan mendatangkan insinyur untuk mengecek sungai yang sering banjir itu. "Kita serahkan ke insinyur untuk mengeceknya," ungkapnya.
Selanjutnya, Ganjar menemui nelayan di Desa Kaliwlingi, Brebes. Dia berdialog dengan nelayan di atas perahu penangkap ikan. Ganjar bertanya tentang hasil tangkapan, harga ikan, sulitnya mendapatkan solar, dan masalah lainnya.
Berikutnya dia menemui ribuan masyarakat yang sudah menunggunya. Ganjar berkomitmen untuk memperjuangkan kesejahteraan para nelayan. Dia akan menghadirkan langkah kongkrit untuk keadilan bagi para nelayan.